SKRIPSI
AMRIYANSA (PRODI IKOR FIK UNM)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A.
Tinjauan
Pustaka
Teori yang disajikan pada bab tinjauan pustaka
menerangkan hubungan antara beberapa konsep yang digunakan untuk menjelaskan
masalah penelitian. Konsep-konsep tersebut kemudian akan dijabarkan menjadi
variabel-variabel penelitian. Oleh sebab itu, bab ini juga harus menyajikan
temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan masalah atau variabel penelitian
yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Berdasarkan
temuan-temuan tersebut peneliti kemudian menyajikan suatu kerangka teori yang
menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti, singkatnya
melalui bab tinjauan pustaka inilah seorang peneliti diharapkan dapat
memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai dasar pemikiran atau dasar teori
dilakukannya penelitian, terutama mengenai mengapa suatu masalah dipilih untuk
diteliti dan mengapa beberapa variabel tertentu dianggap dapat memberikan
kejelasan terhadap masalah yang akan diteliti. Oeh karena itu, hal-hal
yang akan dikemukakan dalam tinjaun pustaka ini adalah sebagai berikut.
1.
Futsal
8
|
Salah
satu cabang olahraga yang saat ini sangat diminati oleh seluruh lapisan
masyarakat, terutama kaum muda adalah olahraga futsal. Hal ini disebabkan
karena olahraga futsal hanya memerlukan peralatan yang sederhana serta
mendatangkan kesenangan bagi yang bermain. Menurut Kamus Pintar Futsal (2005: 22), futsal
adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing
beranggotakan 5 orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan
memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga
diijinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan yang menggunakan
bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau
papan.
Menurut
Roeslan Hatta (2003: 9) olahraga futsal merupakan olahraga futsal mini yang
dilakukan dalam ruangan dengan panjang lapangan 38-42 meter dan lebar 15-25
meter dan di mainkan dua babak dengan durasi waktu 2x20 menit, durasinya bisa
lebih untuk memberi waktu untuk di lakukan dengan tendangan penalty atau
tendangan bebas langsung terhadap tim yang melakukan lebih dari lima kali
pelanggaran. Dimainkan oleh 5 pemain termasuk penjaga gawang. Futsal adalah
permainan hampir sama dengan sepakbola, dimana dua tim memainkan dan
memperebutkan bola diantara para pemain dengan tujuan dapat memasukkan bola
kegawang lawan dan mermpertahankan gawang dari kemasukan bola.
Menurut
Justin Lhaksana (2004: 19) sebelum berkembang menjadi cabang olahraga yang
kedudukannya sejajar dengan sepakbola rumput, futsal ditekuni sebagai sarana
pengarahan dan pembentukan para pemain muda yang ingin berkarir dalam bidang
futsal Futsal diciptakan di Montevedeo, Urugua pada tahun 1930, oleh Juan
Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Serikat,
terutama di Brasil. Keunikan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat
dilihat dari gaya terkenal di dunia yang diperlihatakn pemain-pemain Brasil di
luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil,
contohnya, mengembangkan bakatnya difutsal. Pusat futsal dunia berada di
Brasil. Ini terjadi bukan dengan tiba-tiba tetapi karena beberapa kali Brasil
menjadi juara dalam pertandingan futsal Internasional. Selain itu beberapa
pemain bola terkenal yang berasal dari Brasil juga mengembangkan tehnik bermain
bolanya dari lapangan futsal dan akhirnya Brasil terus menjadi pusat futsal
dunia.
Permainan
ini sekarang dimainkan dibawah perlindungan FIFA diseluruh dunia, dari Eropa
hinga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, Osenia. Pertandingan
futsal internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguai menjuarai Piala
Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya
diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu Brasil.
Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun
1980 dan memenangkan lagi pada perebutan berikutnya tahun 1984. Kejuaraan Dunia
Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya
bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982,
berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di
Kejuaraan Dunia kedua pada tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan
dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.
Dewasa
ini olahraga futsal mengalami perkembangan yang sangat pesat, hampir di semua
umur menyukai permainan futsal terkhususnya pada kawula muda. Hal ini di
buktikan dengan banyaknya muncul tim-tim futsal yang di bentuk oleh kawula
muda, ada yang membentuknya karena hanya ingin sekedar menyalurkan hobi dan ada
juga karena ingin berprestasi. Seperti halnya tim futsal Viking fc yang di
bentuk di Kabupaten TAKALAR dengan tujuan untuk menarik minat untuk bermain
futsal dan juga dapat berprestasi sehingga dapat mengangkat moral anak muda di
Kabupaten TAKALAR itu sendiri.
Untuk
tetap dapat bergerak dengan menampilkan teknik yang baik dalam olahraga futsal,
setiap pemain juga dituntut memiliki daya tahan yang baik, baik itu daya tahan
jantung, paru-paru maupun daya tahan otot agar tetap bisa menjaga performa yang
baik dalam permainan. Namun terkadang yang menjadi masalah untuk jenis olahraga
yang berdurasi lebih dari 20 menit seperti futsal mengenai pasokan energi
cadangan. Sebab diketahui bahwa bila energi cadangan pada setiap atlet kurang,
itu bisa berpegaruh negative pada atlet itu sendiri dan secara tidak lamgsung
juga bisa mempengaruhi tim itu sindiri. Namun dalam suatu permainan futsal di
butuhkan yang namanya latihan untuk penyempurnaan suatu gerakan dan ketahanan
fisik.
Di dalam olahraga jenis manapun, latihan
merupakan suatu keharusan jika ingin di capai hasil yang optimal.Di dalam
olahraga futsal, terdapat berbagai jenis latihan fisik salah satunya adalah
latihan kecepatan atau lari. Lari merupakan sebuah latihan fisik menggunakan
kekuatan utama adalah kaki.Ketika berlari maka otot kaki dilatih untuk secara
kuat menapak dan terus berlari tanpa henti.Selain melatih kekuatan kaki, ketika
berlari seseorang juga berlatih pernapasan.Di dalam olahraga futsal dibutuhkan
kemampuan kaki untuk berlari sepanjang waktu pertandingan.Sehingga dengan
berlatih lari, seorang pemain diharapkan mampu untuk terus berlari tanpa ada
keletihan.
Berbeda dengan sprinter, pemain futsal tidak
akan berlari sampai jarak 100 meter. Jarak sprint terjauh yang dilakukan pemain
futsal saat pertandingan hanya berkisar 5-20 meter. Maka dari itu, akselerasi
menjadi hal yang paling penting bagi kecepatan pemain futsal.
2.
Latihan
Setiap orang harus meningkatkan kualitas
dirinya, dalam hal ini adalah kualitas fisik, yang harus dikembangkan secara
terus-menerus. Kualitas fisik seseorang dapat berkembang jika diiringi
aktivitas. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang menunjang terhadap
perkembangan fisik orang tersebut, seperti olahraga. Latihan (dalam konteks
olahraga) adalah aktivitas manusia yang menunjang terhadap pemenuhan kebutuhan
fisiknya. Dan juga sangat banyak pendapat tentang latihan di antaranya, Latihan
adalah proses berlatih secara sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan beban latihan yang kian bertambah (Harsono, 1998: 17). Hal senada juga
di kemukakan oleh Mosston (1992: 9) bahwa latihan merupakan pelaksanaan gerakan
secara berulang-ulang dan berurutan. Pada prinsipnya latihan adalah memberikan
tekanan fisik secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa
sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik di dalam melakukan aktivitas (Fox,
1993: 69).
Pendapat
lain mengenai pengertian latihan adalah proses sistematis dari kerja fisik yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan menambah jumlah beban pekerjaannya.
Latihan fisik merupakan pemberian beban fisik
pada tubuh secara teratur, sistematis dan berkesinambungan melalui
program latihan yang tepat (Astrand, 1986: 11). Menurut powers (2007: 53),
latihan fisik adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana dengan
tujuan untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran fisik.
Latihan fisik sebaiknya dilakukan sesuai dengan
kemampuan tubuh dalam menanggapi stress yang di berikan, bila tubuh diberi
beban latihan yang terlalu ringan maka tidak akan terjadi proses adaptasi
(sugiharto, 2003: 4). Demikian juga jika diberikan beban latihan yang terlalu berat dan tubuh
tidak mampu mentolerir, akan menyebabkan terganggunya proses homeostasis pada
sistem tubuh dan dapat mengakibatkan kerusakan. Setiap latihan fisik atau
latihan akan menimbulkan respon atau tanggapan dari organ-organ tubuh terhadap
dosis atau beban latihan yang diberikan, hal ini merupakan usaha penyusaian
diri dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan stabil atau bisa disebut juga
dengan homeostasis (sugiharto, 2003:7). Dalam latihan terdapat beberapa
intensitas yaitu latihan intensitas sedang dan laihan intensitas tinggi.
Latihan intensitas sedang adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang melibatkan
otot-otot besar dan di lakukan dalam intensitas yang cukup sedang serta dalam
waktu yang cukup lama (Sherwood,2001:9) aktifitas fisiknya yaitu jogging,
renang dan bersepeda dan latihan intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio
yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dan intensitas
sedang dalam selang waktu tertentu salah satu latihan anaerobic untuk membakar
kalori dan meningkatkan kekuatan dan kebugaran fisik. Glikolisis anaerobic sumber utamanya adalah glikogen
atau glukosa, sehingga glukosa akan menurun.
3.
Glukosa
Dua bentuk karbohidrat yang di gunakan tubuh
sebagai energi adalah glukosa darah dan glikogen otot (Fox,1993:178). Glukosa
merupakan bentuk karbohidrat yang paling penting. Glukosa merupakan karbohidrat
dalam makanan yang di serap dalam jumlah yang besar kedalam darah serta di
konversikan di dalam hati (Mayes,2000:7). Glukosa dalam tubuh di pecah untuk
menyediakan energy pada sel atau jaringan dan dapat di simpan dalam simpanan
energy dalam sel, sebagai glikogen (Pocock,2004:11).
Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi
jaringan tubuh yang pada akhirnya di gunakan oleh sel tubuh untuk membentuk
ATP. Walaupun banyak sel tubuh yang banyak menggunakan lemak sebagai sumber
energy, saraf dan sel darah mutlak memerlukannya (Marieb,2007:300). Jadi,
glukosa merupakan bentuk dasar bahan bakar karbohidrat yang di pakai dalam
tubuh ( Patellongi,2000:93).
a)
Absorbsi Glukosa
Absorbsi
adalah suatu proses zat makanan ke dalam darah dan hati ke dalam usus.
Karbohidrat sebagai sumber glukosa, dalam usus halus di cerna menjadi
disakaridase, yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa. Kemudian disakaridase yang
terbentuk di Brush border usus halus selanjutnya menguraikan disakaridase ini
menjadi monosakaridase yang dapat di serap, yaitu glukosa, galaktosa dan
fruktosa (Sherwood,2001:214).
Glukosa merupakan jenis monosakarid yang paling
banyak diabsorbsi oleh usu, biasanya mencakup 80% dari kalori karbohidrat yang
di absorbsi. Alasannya adalah bahwa glukosa merupakan produk pencernaan akhir
dari makanan berkarbohidrat akhir yang paling banyak, yaitu tepung. Sisanya 20%
monosakarida yang diabsorbsi terdiri dari galaktosa dan fluktosa (Guyton,2006:74).
Glukosa di serap dalam usus melalui dua tahap,
yaitu masuknya glukosa melewati membrane apikal usus ke dalam sel epitel dan
kemudian dari sel epital masuk melewati membrane basal. Absorbsi glukosa
melewati membrane apikal difasilitasi oleh sodium-dependent
glucose transporter (SGLTI), sedangkan pada membrane basalis difasilitasi
oleh transporter glukosa (GLUT2) (Boron,2005:592).Masuknya glukosa pada
membrane apikal, melalui SGLTI dengan cara transport aktif. Sebab masuknya
glukosa ke dalam sel epitel usus, terjadi melawan gradient konsentrasi glukosa.
Glukosa masuk melewati membran basalis di beri energy oleh gradient
elektrokimia Na+, yang mana pada gilirannya dipelihara oleh tekanan Na+ yang melewati membrane basolateral dengan
pompa Na-K. Sistem transport glukosa dengan Na+ ini adalah salah satu contoh transport aktif sekunder. Sedangkan
masuknya glukosa melewati membran basalis terjadi secara diffuse fasilitatif
melalui GLUT 2 (Boron,2005:952).
Glukosa pada dasarnya ditransport oleh
mekanisme ko-transport natrium. Pada keadaan tidak ada transport natrium
melewati membran, tidak ada glukosa yang diabsorbsi (Guyton,2006:75).
Konsentrasi ion Na+ yang tinggi pada permukaan mukosa sel usus mempermudah
influks glukosa ke dalam sel-sel epitel,
sedangkan konsentrasi yang rendah akan menghambat influks glukosa kedalam
sel-sel epitel, ini disebabkan karena glukosa dan Na+ menggunakan kotransporter
yang sma atau simport, Sodium dependent
glucose transporter (SGLT) (Ganong,2005) Na+ bergerak ke dalam sel sesuai
dengan beda konsentrasinya. Glukosa bergerak bersama Na+ dan di lepaskan di
dalam sel. Na+ diangkut ke dalam ruang interseluler laeral, dan glukosa
diangkut oleh GLUT 2 ke dalam interstisium lalu masuk ke dalam kapiler
(Ganong,2005:285).
b)
Metabolisme
Glukosa
Glukosa merupakan produk
utama dari pencernaan karbohidrat dan gula dalam sirkulasi.Paling sedikit 95
persen dari seluruh monosakarida yang beredar di dalam darah merupakan produk
perubahan akhir, yaitu dalam bentuk glukosa.Glukosa dalam tubuh juga dapat dari
beberapa sumber. Pertama, glukosa berasal dari makanan yang berupa gula atau
karbohidrat yang kemudian dicerna menjadi glukosa dan gula sederhana yang lain.
Kedua, glukosa disentesa dari sumber energy yang lain terutama oleh hati yang
di kenal dengan glukoneogensis. Ketiga, glukosa yang tersimpan dalam hati, otot
dan jaringan lain dalam bentuk glikogen (Dugi, 2006).
Glukosa yang terabsorbsi
dalam usus halus di transport kehati melalui vena porta hepatica. Kemudian
disimpan dalam hati sebagai glikogen atau dilepas kedalam darah untuk di
transport ke sel lain-lain. Glukosa
dapat di ubah menjadi lemak oleh hati dan jaringan adipose jika ada kelebihan
glukosa.Sebelum glukosa dapat dipakai oleh sel-sel jaringan tubuh, glukosa
harus di transport melalui membrane masuk kedalam sitoplasma sel. Glukosa yang
masuk dalam sel, segera difosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa
6-fosfat ini kemudian akan dipolimerisasi menjadi simpanan glukosa sebagai
glikogen atau dikatabolisme. Proses pembentukan glikogen di sebut glikogenesis, dan pemecahan glikogen
disebut glikogenelisis (Ganong, 2005:
289).
Sel otot menyimpan glikogen
yang nantinya digunakan oleh otot skelet sendiri, dan tidak ikut secara
langsung dalam kontribusi regulasi glukosa darah.Kadar glukosa darah juga
terimbas oleh glikogen otot secara tidak langsung. Hal ine terjadi ketika
glikolisis anaerobic terjadi di otot, maka asam laktat yang terbentuk akan ikut
aliran darah dan masuk ke hepar, yang kemudian akan di ubah menjadi glukosa dan
selanjutnya :
Ø Glukosa
dapat dikembalikan ke darah sebagai glukosa darah,
Ø Digunakan
hepar sebagai bahan bakar,
Ø Diubah
menjadi glikogen dan disimpan sebagai glikogen hepar.
c)
Glukosa
dan Metabolisme Energi
Energi di perlukan untuk proses fisiologis yang
berlangsung dalam sel-sel tubuh. Proses ini meliputi kotraksi otot, pembentukan
dan penghantaran impuls syaraf, sekresi kelenjar, produksi panas untuk
mempertahankan suhu, mekanisme transport aktif dan berbagai reaksi sintesis dan
degradasi (Sloane,2004:300)
Sumber
energy tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Sumber energy ini di
pakai oleh sel untuk membentuk sejumlah besar dan ATP dan ATP di pakai sebagai
sumber energy untuk berbagai fungsi sel.ATP adalah senyawa fosfat yang
berenergi tinggi yang menyimpan energy untuk tubuh. ATP terbentuk dari
Nukleitida adenosine di tambah dengan gugus fosfat dalam ikatan yang berenergi
tinggi. Hidrolisis ATP melepaskan satu fosfat menjadi ADP dan melepaskan
energy. Pelepasan fosfat kemudian akan menjadi AMP yang melapaskan banyak enrgi
. energy yang di lepas dari katabolisme makanan di pakai oleh ADP untuk
membentuk ATP sebagai simpanan energy. System ATP-ADP adalah cara utama
pemindahan energy dalam sel (Sloane,2004:300).
Glukosa
yang masuk ke darah akan masuk ke dalam system portal hati sebagian glukosa
akan di simpan sebagai cadangan sumber energy di hati sebagai glikogen dan
sebagaian lagi akan di sebarkan keseluruh tubuh. Glukosa masuk ke sel hati dengan cara difusi di permuudah (facilitated dffision). Kemudian glukosa
melalui sistem aerobic dan glikolisis anaerobic diubah menjadi ATP
(Guyton2006:838).
d)
Homeostatis
Glukosa Darah
Konsentrasi glukasa dalam
darah memegang peranan penting pada metabolism energy (Agamemnon,2000. Menurut
piliang (1996), kadar glukosa darah yang konstan dipertahankan setiap saat,
yaitu homeo statis gulam dalam darah di capai melalui beberapa mekanisme yang
mmengatur kecepatan konversi glukosa menjadi glikogen atau menjadi lemak untuk
simpanan, dan di lepaskan kembali dari
bentuk simpanan yang kemudi di konversi menjadi glukosa yang masuk ke dalam
system peredaran darah (Asril,2002:29).
Hepar penting dalam mempertahan
kadar glukosa adarah. Kelebihan glukosa dalalm darah akan disimpen dalam hepar
dalam bentuk glikogen melalui glikogenesis, dan bila kadar glukosa darah
menurun glikogen akan di ubah kembali menjadi glukosa dan di lepaskan ke dalam
sirkulasi (Mayes,2000:3).
Bila kadar glukosa jatuh di
bawa normal, di hepar akan terjadi proses glukoneogenesis. Glukosa yang di
hasilkan berasal dari asam amino dan gliseral, sehingga kadar glukosa darah
dapat relative normal, karena mempertahankan kadar glukosa darah normal penting
untuk jaringan otak dan eritrosit (Guyton,2006:838).
Menurut Guyton (2006:834),
mekanisme yang di pakai dalam pengaturan kadar glukosa darah melibatkan:
Ø Pengaturan
kadar glukosa darah sangat tergantung pada keberadaan penyimpanan glikogen di
hati. Jike kadar glukosa darah rendah, glikogen di hati akan di pecah menjadi
glukosa melalui proses glikogenesis dan kemudian mengalir di darah untuk di
kirim ke otot rangka, dan organ lain
yang membutuhkannya, dan jika kadar glukasa darah tinggi, glukos akan di serap
oleh jaringan dengan bantuan hormone insulin.
Ø Peran
insulin dan glikogen adalah sebagai system pengatur umpan balik untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa darah agar normal. Bila konsentrasi glukosa
darah meningkat tinggi, maka timbul sekresi insulin, insulin selanjutnya akan
mengurangi konsentrasi gula darah akan kembali kenilai normal.
4.
Pengaruh
Latihan Fisik Terhadap Glukosa Darah
a) Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang Terhadap Glukosa Darah
Pada latihan fisik
submaksimal yang berdurasi lebih
dari 20 menit,glukosa merupakan
sumber energy yang dominan. Pada latihan fisik intensitas sedang postabsorbsi
terjadi keseimbangan antara peningkatan utilisasi glukosa. Sedangkan pada
penelitian yang di lakukan pada sakamoto (1999) latihan dengan intensitas
sedang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Pada kadar glukosa darah
berhubungan dengan peningkatan glukosa transporter karena simulasi oleh hormone
insulin.
Latihan aerobic 30-60 menit
dengan 60-70% VO2 maks dapat secara signifikan menurunkan konsentrasi glukosa
darah (Henriksen,2002:788). Guelfi (2007:292) menjelaskan bahawa pada latihan
dengan intensitas sedang dapat menurunkn tingkat glukosa darah lebih besar dari
pada latihan dengan intensitas tinggi. Penurunan kadar glukosa darah pada
intensitas sedang lebih besar dari pada intensitas tinggi disebabkan karena
peningkatan jumlah hormone katekolamin growth hormone yang lebih besar pada
latihan dengan intensitas tinggi sehingga dapat meningkatkan gula darah.Sedang
pada hasil penelitian yang dilakukan pada herawati (2004:22), menyimpulkan
bahwa latihan fisik intensitas sedang interval dan kontinyu dapat menurunkan
penurunan glukosa darah pada 20-60 pospandrial, tetapi tidak meningkatkan
penurunan kadar glukosa darah pada 60-120 menit pospandrial. Dan pada
penelitian pada Asril (2002:19), latihan intensitas anaerobic dengan pemberian
gula 60gr/200 ml gula darah menurun baik atlet maupun non atlet.
b) Pengaruh Latihan Intensitas Tinggi Terhadap
Glukosa Darah
Latihan fisik dengan intensitas tinggi dan
dalam waktu yang pendek (2-20 detik) produksi ATP didominasi oleh system ATP-PC
sehingga kadar glukosa darah relative konstan. Sedangkan bila aktifitas lebih
dari 20 detik produksi ATP didominasi oleh glikolisis anaerobik. Glikolisi
anaerobic sumber utamanya adalah glikogen atau glakosa, sehingga glukosa darah
akan menurun. Pada aktivitas intensitas tinggi lebih dari 45 detik produksi ATP
berasal dari kombinasi ATP-PC, glikolisis anaerobik dan sistem aerobik.
Selama latihan dengan intensitas tinggi,
sumber energy kontraksi otot di dominasi oleh karbohidrat (glikogen atau
glukosaa) (power, 2007: 64). Latihan fisik intensif untuk waktu yang
singkat seperti pada olahraga sprint
atau olahraga repetisi yang singkat dengan waktu istirahat yang singkat pula,
sistem energi yang digunakan aerobik. Oleh karena itu latihan fisik ini hampir
seluruhnya tergantung pada glukosa dan glikogen sebagai sumber energi untuk
latihan (Marliss, 2002: 272)
Pada latihan fisik intensitas
tinggi, 40% glukosa darah diambil yang akan mengakibatkan hipokglikemia.
Sementara Guelfi (2007), menjelaskan bahwa pada latihan intensitas tinggi dapat
menurunkan kadar glukosa darah namun lebih kecil di banding latihan dengan
intensitas sedang. Hal ini disebabkan, pada latihan intensitas tinggi selain
terjadi peningkatan uptake glukosa juga terjadi konter regulasi glukosa darah
oleh peningkatan glukoneogensis, peningkatan produksi katekolamin dan hormone
pertumbuhan. Sementara glukogen dan kortisol lebih sedikit menurun pada latihan
intensitas tinggi.
B.
Kerangka
Berfikir
Mengacu pada referensi yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka
telah diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitiaan
sekaligus dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian.Dilakukan
penelitian ini diharapkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan
intensitas sedang dan latihan intensitas tinggi terhadap kadar gula dalam
darah. Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka maka penulis menarik
kerangka pikir sebagai berikut :
Tim
Futsal ViKING FC Kab.Takalar
|
Latihan
Intensitas Sedang
|
Sistem
Energi
|
Latihan
Intensitas Tinggi
|
Glukosa
Darah (-)
|
Glukosa
Darah (- -)
|
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Berdasarkan
landasan teori diatas maka peneliti berasumsi bahwa untuk mengetahui kadar
glukosa darah seseorang dilakukan pengukuran glukosa dengan menggunakan setrip
glukosa pada atlet futsal VIKING FC KABUPATEN TAKALAR.
C.
Hipotesis
Berdasarkan
dengan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan dari berbagai referensi yang
telah ada di atas dan kerangka berfikir yang telah digambarkan di atas, maka
penulis dapat menerik sebuah kesimpulan bahwa “ada perbedaan pengaruh latihan
intensitas sedang dan latihan intensitas tinggi terhadap kadar glukosa darah
pada tim futsal Viking Fc”. Adapun hipotesis yang di uji adalah sebagai
berikut:
H0 =
1 =
2 = 0
Ha =
1
2
0
Keterangan:
Hipotesis
nol : H0 =
1 =
2 = 0
(tidak berbeda)
Hipotesis
alternative : Ha =
1
2
0 (berbeda)
Ka.
ReplyDeleteMaaf saya mau bertanya, boleh tau sumber atau referensi buku yang membahas pengaruh latihan intensitas tinggi terhadap glukosa darah?
Terima kasih
Ada bagian lain blog ini.. yang berjudul "referensi keolahragaan dan kedokteran"..
ReplyDelete