GOOGLE

Search results

Monday, January 16, 2017

PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN INTENSITAS SEDANG DAN LATIHAN INTENSITAS TINGGI TERHADAP GLUKOSA DARAH PADA ATLET FUTSAL VIKING FC.


SKRIPSI 
AMRIYANSA (PRODI IKOR FIK UNM)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A.  Tinjauan Pustaka
Teori yang disajikan pada bab tinjauan pustaka menerangkan hubungan antara beberapa konsep yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Konsep-konsep tersebut kemudian akan dijabarkan menjadi variabel-variabel penelitian. Oleh sebab itu, bab ini juga harus menyajikan temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan masalah atau variabel penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Berdasarkan temuan-temuan tersebut peneliti kemudian menyajikan suatu kerangka teori yang menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti, singkatnya melalui bab tinjauan pustaka inilah seorang peneliti diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai dasar pemikiran atau dasar teori dilakukannya penelitian, terutama mengenai mengapa suatu masalah dipilih untuk diteliti dan mengapa beberapa variabel tertentu dianggap dapat memberikan kejelasan terhadap masalah yang akan diteliti. Oeh karena itu, hal-hal yang akan dikemukakan dalam tinjaun pustaka ini adalah sebagai berikut.
1.      Futsal
8
Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan dimana saja berada. Sebab olahraga merupakan salah satu kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Olahraga menempati salah satu kedudukan terpenting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan modern sekarang ini manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan olahraga baik sebagai salah satu pekerjaan khusus, sebagai tontonan, rekreasi, mata pencaharian, kesehatan maupun budaya.
 Salah satu cabang olahraga yang saat ini sangat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama kaum muda adalah olahraga futsal. Hal ini disebabkan karena olahraga futsal hanya memerlukan peralatan yang sederhana serta mendatangkan kesenangan bagi yang bermain. Menurut Kamus Pintar Futsal (2005: 22), futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggotakan 5 orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diijinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan yang menggunakan bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.
Menurut Roeslan Hatta (2003: 9) olahraga futsal merupakan olahraga futsal mini yang dilakukan dalam ruangan dengan panjang lapangan 38-42 meter dan lebar 15-25 meter dan di mainkan dua babak dengan durasi waktu 2x20 menit, durasinya bisa lebih untuk memberi waktu untuk di lakukan dengan tendangan penalty atau tendangan bebas langsung terhadap tim yang melakukan lebih dari lima kali pelanggaran. Dimainkan oleh 5 pemain termasuk penjaga gawang. Futsal adalah permainan hampir sama dengan sepakbola, dimana dua tim memainkan dan memperebutkan bola diantara para pemain dengan tujuan dapat memasukkan bola kegawang lawan dan mermpertahankan gawang dari kemasukan bola.
Menurut Justin Lhaksana (2004: 19) sebelum berkembang menjadi cabang olahraga yang kedudukannya sejajar dengan sepakbola rumput, futsal ditekuni sebagai sarana pengarahan dan pembentukan para pemain muda yang ingin berkarir dalam bidang futsal Futsal diciptakan di Montevedeo, Urugua pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Serikat, terutama di Brasil. Keunikan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dari gaya terkenal di dunia yang diperlihatakn pemain-pemain Brasil di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya, mengembangkan bakatnya difutsal. Pusat futsal dunia berada di Brasil. Ini terjadi bukan dengan tiba-tiba tetapi karena beberapa kali Brasil menjadi juara dalam pertandingan futsal Internasional. Selain itu beberapa pemain bola terkenal yang berasal dari Brasil juga mengembangkan tehnik bermain bolanya dari lapangan futsal dan akhirnya Brasil terus menjadi pusat futsal dunia.
Permainan ini sekarang dimainkan dibawah perlindungan FIFA diseluruh dunia, dari Eropa hinga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, Osenia. Pertandingan futsal internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguai menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun 1980 dan memenangkan lagi pada perebutan berikutnya tahun 1984. Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua pada tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.
Dewasa ini olahraga futsal mengalami perkembangan yang sangat pesat, hampir di semua umur menyukai permainan futsal terkhususnya pada kawula muda. Hal ini di buktikan dengan banyaknya muncul tim-tim futsal yang di bentuk oleh kawula muda, ada yang membentuknya karena hanya ingin sekedar menyalurkan hobi dan ada juga karena ingin berprestasi. Seperti halnya tim futsal Viking fc yang di bentuk di Kabupaten TAKALAR dengan tujuan untuk menarik minat untuk bermain futsal dan juga dapat berprestasi sehingga dapat mengangkat moral anak muda di Kabupaten TAKALAR itu sendiri.
Untuk tetap dapat bergerak dengan menampilkan teknik yang baik dalam olahraga futsal, setiap pemain juga dituntut memiliki daya tahan yang baik, baik itu daya tahan jantung, paru-paru maupun daya tahan otot agar tetap bisa menjaga performa yang baik dalam permainan. Namun terkadang yang menjadi masalah untuk jenis olahraga yang berdurasi lebih dari 20 menit seperti futsal mengenai pasokan energi cadangan. Sebab diketahui bahwa bila energi cadangan pada setiap atlet kurang, itu bisa berpegaruh negative pada atlet itu sendiri dan secara tidak lamgsung juga bisa mempengaruhi tim itu sindiri. Namun dalam suatu permainan futsal di butuhkan yang namanya latihan untuk penyempurnaan suatu gerakan dan ketahanan fisik.
Di dalam olahraga jenis manapun, latihan merupakan suatu keharusan jika ingin di capai hasil yang optimal.Di dalam olahraga futsal, terdapat berbagai jenis latihan fisik salah satunya adalah latihan kecepatan atau lari. Lari merupakan sebuah latihan fisik menggunakan kekuatan utama adalah kaki.Ketika berlari maka otot kaki dilatih untuk secara kuat menapak dan terus berlari tanpa henti.Selain melatih kekuatan kaki, ketika berlari seseorang juga berlatih pernapasan.Di dalam olahraga futsal dibutuhkan kemampuan kaki untuk berlari sepanjang waktu pertandingan.Sehingga dengan berlatih lari, seorang pemain diharapkan mampu untuk terus berlari tanpa ada keletihan.
Berbeda dengan sprinter, pemain futsal tidak akan berlari sampai jarak 100 meter. Jarak sprint terjauh yang dilakukan pemain futsal saat pertandingan hanya berkisar 5-20 meter. Maka dari itu, akselerasi menjadi hal yang paling penting bagi kecepatan pemain futsal.
2.      Latihan
Setiap orang harus meningkatkan kualitas dirinya, dalam hal ini adalah kualitas fisik, yang harus dikembangkan secara terus-menerus. Kualitas fisik seseorang dapat berkembang jika diiringi aktivitas. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang menunjang terhadap perkembangan fisik orang tersebut, seperti olahraga. Latihan (dalam konteks olahraga) adalah aktivitas manusia yang menunjang terhadap pemenuhan kebutuhan fisiknya. Dan juga sangat banyak pendapat tentang latihan di antaranya, Latihan adalah proses berlatih secara sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang kian bertambah (Harsono, 1998: 17). Hal senada juga di kemukakan oleh Mosston (1992: 9) bahwa latihan merupakan pelaksanaan gerakan secara berulang-ulang dan berurutan. Pada prinsipnya latihan adalah memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik di dalam melakukan aktivitas (Fox, 1993: 69).
 Pendapat lain mengenai pengertian latihan adalah proses sistematis dari kerja fisik yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menambah jumlah beban pekerjaannya. Latihan fisik merupakan pemberian beban fisik  pada tubuh secara teratur, sistematis dan berkesinambungan melalui program latihan yang tepat (Astrand, 1986: 11). Menurut powers (2007: 53), latihan fisik adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana dengan tujuan untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran fisik.
Latihan fisik sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh dalam menanggapi stress yang di berikan, bila tubuh diberi beban latihan yang terlalu ringan maka tidak akan terjadi proses adaptasi (sugiharto, 2003: 4). Demikian juga jika diberikan  beban latihan yang terlalu berat dan tubuh tidak mampu mentolerir, akan menyebabkan terganggunya proses homeostasis pada sistem tubuh dan dapat mengakibatkan kerusakan. Setiap latihan fisik atau latihan akan menimbulkan respon atau tanggapan dari organ-organ tubuh terhadap dosis atau beban latihan yang diberikan, hal ini merupakan usaha penyusaian diri dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan stabil atau bisa disebut juga dengan homeostasis (sugiharto, 2003:7). Dalam latihan terdapat beberapa intensitas yaitu latihan intensitas sedang dan laihan intensitas tinggi. Latihan intensitas sedang adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang melibatkan otot-otot besar dan di lakukan dalam intensitas yang cukup sedang serta dalam waktu yang cukup lama (Sherwood,2001:9) aktifitas fisiknya yaitu jogging, renang dan bersepeda dan latihan intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dan intensitas sedang dalam selang waktu tertentu salah satu latihan anaerobic untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan dan kebugaran fisik. Glikolisis  anaerobic sumber utamanya adalah glikogen atau glukosa, sehingga glukosa akan menurun.
3.      Glukosa
Dua bentuk karbohidrat yang di gunakan tubuh sebagai energi adalah glukosa darah dan glikogen otot (Fox,1993:178). Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang paling penting. Glukosa merupakan karbohidrat dalam makanan yang di serap dalam jumlah yang besar kedalam darah serta di konversikan di dalam hati (Mayes,2000:7). Glukosa dalam tubuh di pecah untuk menyediakan energy pada sel atau jaringan dan dapat di simpan dalam simpanan energy dalam sel, sebagai glikogen (Pocock,2004:11).
Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi jaringan tubuh yang pada akhirnya di gunakan oleh sel tubuh untuk membentuk ATP. Walaupun banyak sel tubuh yang banyak menggunakan lemak sebagai sumber energy, saraf dan sel darah mutlak memerlukannya (Marieb,2007:300). Jadi, glukosa merupakan bentuk dasar bahan bakar karbohidrat yang di pakai dalam tubuh ( Patellongi,2000:93).
a)      Absorbsi Glukosa
 Absorbsi adalah suatu proses zat makanan ke dalam darah dan hati ke dalam usus. Karbohidrat sebagai sumber glukosa, dalam usus halus di cerna menjadi disakaridase, yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa. Kemudian disakaridase yang terbentuk di Brush border usus halus selanjutnya menguraikan disakaridase ini menjadi monosakaridase yang dapat di serap, yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa (Sherwood,2001:214).
Glukosa merupakan jenis monosakarid yang paling banyak diabsorbsi oleh usu, biasanya mencakup 80% dari kalori karbohidrat yang di absorbsi. Alasannya adalah bahwa glukosa merupakan produk pencernaan akhir dari makanan berkarbohidrat akhir yang paling banyak, yaitu tepung. Sisanya 20% monosakarida yang diabsorbsi terdiri dari galaktosa dan fluktosa (Guyton,2006:74).
Glukosa di serap dalam usus melalui dua tahap, yaitu masuknya glukosa melewati membrane apikal usus ke dalam sel epitel dan kemudian dari sel epital masuk melewati membrane basal. Absorbsi glukosa melewati membrane apikal difasilitasi oleh sodium-dependent glucose transporter (SGLTI), sedangkan pada membrane basalis difasilitasi oleh transporter glukosa (GLUT2) (Boron,2005:592).Masuknya glukosa pada membrane apikal, melalui SGLTI dengan cara transport aktif. Sebab masuknya glukosa ke dalam sel epitel usus, terjadi melawan gradient konsentrasi glukosa. Glukosa masuk melewati membran basalis di beri energy oleh gradient elektrokimia Na+, yang mana pada gilirannya dipelihara oleh tekanan Na+  yang melewati membrane basolateral dengan pompa Na-K. Sistem transport glukosa dengan Na+ ini adalah salah satu contoh transport aktif sekunder. Sedangkan masuknya glukosa melewati membran basalis terjadi secara diffuse fasilitatif melalui GLUT 2 (Boron,2005:952).
Glukosa pada dasarnya ditransport oleh mekanisme ko-transport natrium. Pada keadaan tidak ada transport natrium melewati membran, tidak ada glukosa yang diabsorbsi (Guyton,2006:75). Konsentrasi ion Na+ yang tinggi pada permukaan mukosa sel usus mempermudah influks glukosa ke  dalam sel-sel epitel, sedangkan konsentrasi yang rendah akan menghambat influks glukosa kedalam sel-sel epitel, ini disebabkan karena glukosa dan Na+ menggunakan kotransporter yang sma atau simport, Sodium dependent glucose transporter (SGLT) (Ganong,2005) Na+ bergerak ke dalam sel sesuai dengan beda konsentrasinya. Glukosa bergerak bersama Na+ dan di lepaskan di dalam sel. Na+ diangkut ke dalam ruang interseluler laeral, dan glukosa diangkut oleh GLUT 2 ke dalam interstisium lalu masuk ke dalam kapiler (Ganong,2005:285).
b)     Metabolisme Glukosa
Glukosa merupakan produk utama dari pencernaan karbohidrat dan gula dalam sirkulasi.Paling sedikit 95 persen dari seluruh monosakarida yang beredar di dalam darah merupakan produk perubahan akhir, yaitu dalam bentuk glukosa.Glukosa dalam tubuh juga dapat dari beberapa sumber. Pertama, glukosa berasal dari makanan yang berupa gula atau karbohidrat yang kemudian dicerna menjadi glukosa dan gula sederhana yang lain. Kedua, glukosa disentesa dari sumber energy yang lain terutama oleh hati yang di kenal dengan glukoneogensis. Ketiga, glukosa yang tersimpan dalam hati, otot dan jaringan lain dalam bentuk glikogen (Dugi, 2006).
Glukosa yang terabsorbsi dalam usus halus di transport kehati melalui vena porta hepatica. Kemudian disimpan dalam hati sebagai glikogen atau dilepas kedalam darah untuk di transport  ke sel lain-lain. Glukosa dapat di ubah menjadi lemak oleh hati dan jaringan adipose jika ada kelebihan glukosa.Sebelum glukosa dapat dipakai oleh sel-sel jaringan tubuh, glukosa harus di transport melalui membrane masuk kedalam sitoplasma sel. Glukosa yang masuk dalam sel, segera difosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa 6-fosfat ini kemudian akan dipolimerisasi menjadi simpanan glukosa sebagai glikogen atau dikatabolisme. Proses pembentukan glikogen di sebut glikogenesis, dan pemecahan glikogen disebut glikogenelisis (Ganong, 2005: 289).
Sel otot menyimpan glikogen yang nantinya digunakan oleh otot skelet sendiri, dan tidak ikut secara langsung dalam kontribusi regulasi glukosa darah.Kadar glukosa darah juga terimbas oleh glikogen otot secara tidak langsung. Hal ine terjadi ketika glikolisis anaerobic terjadi di otot, maka asam laktat yang terbentuk akan ikut aliran darah dan masuk ke hepar, yang kemudian akan di ubah menjadi glukosa dan selanjutnya :
Ø  Glukosa dapat dikembalikan ke darah sebagai glukosa darah,
Ø  Digunakan hepar sebagai bahan bakar,
Ø  Diubah menjadi glikogen dan disimpan sebagai glikogen hepar.
c)      Glukosa dan Metabolisme Energi
            Energi di perlukan untuk proses fisiologis yang berlangsung dalam sel-sel tubuh. Proses ini meliputi kotraksi otot, pembentukan dan penghantaran impuls syaraf, sekresi kelenjar, produksi panas untuk mempertahankan suhu, mekanisme transport aktif dan berbagai reaksi sintesis dan degradasi (Sloane,2004:300)
Sumber energy tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Sumber energy ini di pakai oleh sel untuk membentuk sejumlah besar dan ATP dan ATP di pakai sebagai sumber energy untuk berbagai fungsi sel.ATP adalah senyawa fosfat yang berenergi tinggi yang menyimpan energy untuk tubuh. ATP terbentuk dari Nukleitida adenosine di tambah dengan gugus fosfat dalam ikatan yang berenergi tinggi. Hidrolisis ATP melepaskan satu fosfat menjadi ADP dan melepaskan energy. Pelepasan fosfat kemudian akan menjadi AMP yang melapaskan banyak enrgi . energy yang di lepas dari katabolisme makanan di pakai oleh ADP untuk membentuk ATP sebagai simpanan energy. System ATP-ADP adalah cara utama pemindahan energy dalam sel (Sloane,2004:300).
Glukosa yang masuk ke darah akan masuk ke dalam system portal hati sebagian glukosa akan di simpan sebagai cadangan sumber energy di hati sebagai glikogen dan sebagaian lagi akan di sebarkan keseluruh tubuh. Glukosa masuk ke  sel hati dengan cara difusi di permuudah (facilitated dffision). Kemudian glukosa melalui sistem aerobic dan glikolisis anaerobic diubah menjadi ATP (Guyton2006:838).
d)     Homeostatis Glukosa Darah
Konsentrasi glukasa dalam darah memegang peranan penting pada metabolism energy (Agamemnon,2000. Menurut piliang (1996), kadar glukosa darah yang konstan dipertahankan setiap saat, yaitu homeo statis gulam dalam darah di capai melalui beberapa mekanisme yang mmengatur kecepatan konversi glukosa menjadi glikogen atau menjadi lemak untuk simpanan, dan di lepaskan  kembali dari bentuk simpanan yang kemudi di konversi menjadi glukosa yang masuk ke dalam system peredaran darah (Asril,2002:29).
Hepar penting dalam mempertahan kadar glukosa adarah. Kelebihan glukosa dalalm darah akan disimpen dalam hepar dalam bentuk glikogen melalui glikogenesis, dan bila kadar glukosa darah menurun glikogen akan di ubah kembali menjadi glukosa dan di lepaskan ke dalam sirkulasi (Mayes,2000:3).
Bila kadar glukosa jatuh di bawa normal, di hepar akan terjadi proses glukoneogenesis. Glukosa yang di hasilkan berasal dari asam amino dan gliseral, sehingga kadar glukosa darah dapat relative normal, karena mempertahankan kadar glukosa darah normal penting untuk jaringan otak dan eritrosit (Guyton,2006:838).
Menurut Guyton (2006:834), mekanisme yang di pakai dalam pengaturan kadar glukosa darah melibatkan:
Ø  Pengaturan kadar glukosa darah sangat tergantung pada keberadaan penyimpanan glikogen di hati. Jike kadar glukosa darah rendah, glikogen di hati akan di pecah menjadi glukosa melalui proses glikogenesis dan kemudian mengalir di darah untuk di kirim ke  otot rangka, dan organ lain yang membutuhkannya, dan jika kadar glukasa darah tinggi, glukos akan di serap oleh jaringan dengan bantuan hormone insulin.
Ø  Peran insulin dan glikogen adalah sebagai system pengatur umpan balik untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah agar normal. Bila konsentrasi glukosa darah meningkat tinggi, maka timbul sekresi insulin, insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi gula darah akan kembali kenilai normal.


4.      Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Glukosa Darah
a)  Pengaruh Latihan Fisik  Intensitas Sedang Terhadap Glukosa Darah
Pada latihan  fisik  submaksimal yang  berdurasi  lebih  dari  20 menit,glukosa merupakan sumber energy yang dominan. Pada latihan fisik intensitas sedang postabsorbsi terjadi keseimbangan antara peningkatan utilisasi glukosa. Sedangkan pada penelitian yang di lakukan pada sakamoto (1999) latihan dengan intensitas sedang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Pada kadar glukosa darah berhubungan dengan peningkatan glukosa transporter karena simulasi oleh hormone insulin.
Latihan aerobic 30-60 menit dengan 60-70% VO2 maks dapat secara signifikan menurunkan konsentrasi glukosa darah (Henriksen,2002:788). Guelfi (2007:292) menjelaskan bahawa pada latihan dengan intensitas sedang dapat menurunkn tingkat glukosa darah lebih besar dari pada latihan dengan intensitas tinggi. Penurunan kadar glukosa darah pada intensitas sedang lebih besar dari pada intensitas tinggi disebabkan karena peningkatan jumlah hormone katekolamin growth hormone yang lebih besar pada latihan dengan intensitas tinggi sehingga dapat meningkatkan gula darah.Sedang pada hasil penelitian yang dilakukan pada herawati (2004:22), menyimpulkan bahwa latihan fisik intensitas sedang interval dan kontinyu dapat menurunkan penurunan glukosa darah pada 20-60 pospandrial, tetapi tidak meningkatkan penurunan kadar glukosa darah pada 60-120 menit pospandrial. Dan pada penelitian pada Asril (2002:19), latihan intensitas anaerobic dengan pemberian gula 60gr/200 ml gula darah menurun baik atlet maupun non atlet.
b)  Pengaruh Latihan Intensitas Tinggi Terhadap Glukosa Darah
 Latihan fisik dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang pendek (2-20 detik) produksi ATP didominasi oleh system ATP-PC sehingga kadar glukosa darah relative konstan. Sedangkan bila aktifitas lebih dari 20 detik produksi ATP didominasi oleh glikolisis anaerobik. Glikolisi anaerobic sumber utamanya adalah glikogen atau glakosa, sehingga glukosa darah akan menurun. Pada aktivitas intensitas tinggi lebih dari 45 detik produksi ATP berasal dari kombinasi ATP-PC, glikolisis anaerobik dan sistem aerobik.
 Selama latihan dengan intensitas tinggi, sumber energy kontraksi otot di dominasi oleh karbohidrat (glikogen atau glukosaa) (power, 2007: 64). Latihan fisik intensif untuk waktu yang singkat  seperti pada olahraga sprint atau olahraga repetisi yang singkat dengan waktu istirahat yang singkat pula, sistem energi yang digunakan aerobik. Oleh karena itu latihan fisik ini hampir seluruhnya tergantung pada glukosa dan glikogen sebagai sumber energi untuk latihan (Marliss, 2002: 272)
Pada latihan fisik intensitas tinggi, 40% glukosa darah diambil yang akan mengakibatkan hipokglikemia. Sementara Guelfi (2007), menjelaskan bahwa pada latihan intensitas tinggi dapat menurunkan kadar glukosa darah namun lebih kecil di banding latihan dengan intensitas sedang. Hal ini disebabkan, pada latihan intensitas tinggi selain terjadi peningkatan uptake glukosa juga terjadi konter regulasi glukosa darah oleh peningkatan glukoneogensis, peningkatan produksi katekolamin dan hormone pertumbuhan. Sementara glukogen dan kortisol lebih sedikit menurun pada latihan intensitas tinggi.
B.  Kerangka Berfikir
Mengacu pada referensi yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka telah diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitiaan sekaligus dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian.Dilakukan penelitian ini diharapkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan intensitas sedang dan latihan intensitas tinggi terhadap kadar gula dalam darah. Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka maka penulis menarik kerangka pikir sebagai berikut :

Tim Futsal ViKING FC Kab.Takalar
Latihan Intensitas Sedang


Sistem Energi

Latihan Intensitas Tinggi


Glukosa Darah (-)

Glukosa Darah (- -)

 




Gambar 2.1  Kerangka berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas maka peneliti berasumsi bahwa untuk mengetahui kadar glukosa darah seseorang dilakukan pengukuran glukosa dengan menggunakan setrip glukosa pada atlet futsal VIKING FC KABUPATEN TAKALAR.

C.  Hipotesis
Berdasarkan dengan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan dari berbagai referensi yang telah ada di atas dan kerangka berfikir yang telah digambarkan di atas, maka penulis dapat menerik sebuah kesimpulan bahwa “ada perbedaan pengaruh latihan intensitas sedang dan latihan intensitas tinggi terhadap kadar glukosa darah pada tim futsal Viking Fc”. Adapun hipotesis yang di uji adalah sebagai berikut:
H0 = 1 = 2 = 0
Ha = 1 2  0
Keterangan:
Hipotesis nol             : H0 = 1 = 2 = 0 (tidak berbeda)
Hipotesis alternative : Ha = 1 2  0 (berbeda)

2 comments:

  1. Ka.
    Maaf saya mau bertanya, boleh tau sumber atau referensi buku yang membahas pengaruh latihan intensitas tinggi terhadap glukosa darah?
    Terima kasih

    ReplyDelete
  2. Ada bagian lain blog ini.. yang berjudul "referensi keolahragaan dan kedokteran"..

    ReplyDelete