BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
Tinjauan Pustaka
2.1
Olahraga
2.1.1.1 Pengertian Olahraga Menurut Etimologi dan Umum
Secara Etimologi Olahraga berasal dari kata Olah =
gerak (polah = jawa) aktif bergerak karena adanya suatu rangsang tertentu. Raga
= manifestasi , pengejawantahan, perwujudan manusia yang utuh, manusia
seutuhnya, manusia sebagai adanya. (K. Faidillah, 2002). Menurut ensiklopedia
Indonesia Olahraga merupakan gerakan badan yang dilakukan oleh perorangan atau
lebih yang atau dapat dikenal regu. Sedangkan dalam kamus Webster’s New
Collegiate Dictonary (1980) adalah ikut serta dalam aktivitas tubuh untuk
memperoleh kesenangan, dan aktivitas khusus. (M.Karim. 2014)
Secara
epistimologi olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis
seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang. Aktifitas olahraga yang dilakukan sehari – hari akan berpengaruh
pada tingkat pertumbuhan tubuh dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial.
Arti yang tersirat : “ORANDUM EST UT SIT MEN SANA IN CORPORE SANO” yang berarti
melalui olahraga diharapkan dapat ditimbulkan jiwa yang sehat dalam tubuh yang
kuat. (K. Faidillah, 2002).
2.1.1.2 Pengertian Olahraga menurut Ahli
Olahraga menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1. Tim Guru Eduka: Olahraga adalah suatu kegiatan yang
dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita.
2. Soekarno: Olahraga adalah alat untuk melaksanakan
tiga tujuan revolusi Indonesia, yaiut: Negara Kesatuan RI yang kuat, masyarakat
adil dan makmur, dan tata dunia baru.
3. Suryanto Sukmono, S. Si: Olahraga adalah suatu
kegiatan untuk melatih tubuh kita agar badan terasa sehat dan kuat, baik secara
jasmani maupun rohani.
4. Seno Gumira Ajidarma: Olahraga adalah sarana
kompetisi untuk menjadi nomer satu.
5. Jessica Dolland: Olahraga adalah pereda stress yang
sangat baik. Olahraga dapat mengalihkan pikiran dari kekhawatiran dengan cara
meredakan ketegangan otot tubuh.
6. Chatles C. Manz: Olahraga adalah sesuatu yang harus
menjadi prioritas dan dijadwalkan tapi tetap realistis.
7. Hans Tandra: Olahraga adalah gerakan tubuh yang
berirama dan teratur untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran.
8. Sheta Datrgazelli: Olahraga adalah minyak yang
membuat gerakan tubuh bergerak secara fleksibel dan mudah.
9. Menurut Edward (1973) olahraga harus
bergerak dari konsep bermain, games, dan sport
10. Wikipedia: Olahraga adalah aktivitas untuk melatih
tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara rohani. (G
Agung. 2014)
2.1.2 Olahraga dalam Tinjauan Filsafat
Dalam kehidupan kita dikelilingi oleh banyak ilmu
pengetahuan, untuk mengetahui sesuatu itu (ilmu pengetahuan) perlu kita
mengetahui esensi, substansinya, Keingintahuan terhadap sesuatu disebut
Filsafat. Immanuel Kant (1724-1804) mengatakan “Filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di
dalamnya tercakup masalah epistemologi yang menjawab persoalan apa yang dapat
kita ketahui”. Juga seorang filsuf yunani kuno yang bernama Plato (427 - 347 SM)
mengatakan “Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli”. (Amsal Bakhtiar, 2009)
Filsafat olahraga dapat
didefenisikan sebagai suatu bidang kajian yang berusaha untuk memahami hakikat,
mempersolakan suatu isu secara kritis, guna memperoleh pengetahuan yang paling
hakiki dalam bidang keolaharagaan. (DH Endro,2011). Made Pramono (2003) mengatakan
“Filsafat, dalam hal ini dianggap memiliki tanggung jawab penting dalam
mempersatukan berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan secara padu dan mengakar
menuju ilmu olahraga dalam tiga dimensi ilmiahnya (ontologi, epistemologi dan
aksiologi) yang kokoh dan sejajar dengan ilmu lain”. Pernyataan tersebut
merujuk dari pendapat beberapa filsuf barat yang berkaitan dengan olahraga,
seperti Friederich Nietzsche, Aristoteles dan Plato. Pemikiran Nietzsche
seperti will to power,sublimation, embodiment, spectacle dan play yang terarah
pada aktivitas atletik dan event-event olahraga (Lawrence J. Hatab 1998). Plato
dan Aristoteles mengusung nilai penting latihan fisik dalam pendidikan, namun
mereka memulai sebuah revolusi intelektual yang memiliki nilai penting kultural
keolahragaan tapi sedikit dianggap “remeh” karena keterkaitan erat olahraga
dengan tubuh, aksi, perjuangan, kompetisi dan prestasi kemenangan. Dari sini,
dapat dimaknai bahwa arah pemikiran yang berhubungan secara historis pada dunia
keolahragaan termasuk dalam ekspresi pemikiran filosofis, dan oleh karenanya,
ilmu keolahragaan memiliki akar filosofisnya. (Made Pramono. 2003)
Dalam
garis besarnya, filsafat olahraga merupakan suatu studi yang mendalam tentang
hakekat olahraga dan peran yang dimainkan dalam budaya. Dalam mencari tahu
tentang hakekat olahraga, filsafat olahraga mencoba melakukan studi yang
mendalam tentang konsep-konsep olahraga yang ada melalui berpikir kritis dan
bebas. (Munawar Ahmad, Dkk. 2011).
2.1.3 Olahraga dalam Tinjauan Undang - Undang
Di ketahui bahwa Negara Republik
Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945
maka setiap kebijakan ataupun aktifitas yang berkaitan dengan konteks
kenegaraan akan merujuk pada Asas dan Dasar Negara tersebut tidak terkecuali
untuk bidang keolahragaan. Di pertegas dalam UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional (Pasal 1 ayat 2) bahwa “Keolahragaan nasional adalah
keolahragaan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai keolahragaan, kebudayaan
nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perkembangan olahraga”.
Setiap
warga negara memiliki hak untuk melakukan aktifitas olahraga dan memperoleh
bimbingan, pembinaan seperti di jelaskan pada Undang – Undang No 3 tahun 2005
Pasal 6 “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk a.) Melakukan
kegiatan olahraga; b.) Memperoleh pelayanan dalam kegiatan olahraga; c.)
Memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga yang sesuai dengan bakat dan
minatnya; d.) Memperoleh pengarahan, dukungan, bimbingan, pembinaan dan
pengembangan dalam keolahragaan; e.) Menjadi pelaku olahraga; dan f.)
Mengembangkan industri olahraga.
2.1.4
Ruang Lingkup Olahraga
Menurut
Undang – Undang No 3 Tahun 2005 pasal 17
Ruang lingkup
olahraga meliputi kegiatan:
a.) Olahraga
Pendidikan;
b.) Olahraga
Prestasi;
c.) Olahraga
Rekreasi.
ruang lingkup kegiatan olahraga yang
perlu diketahui dapat dikelompokkan menjadi (Kosasih, 1985):
1.
Olahraga
pendidikan
Tujuan
yang ingin dicapai melalui pendidikan adalah meningkatkan kemampuan kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Selain itu olahraga pendidikan ini juga bertujuan
membina dan meningkatkan kesegaran jasmani secara keseluruhan (total fitness),
bersifat memupuk sportifitas, dan apresiasi terhadap olahraga sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari.
2.
Olahraga
prestasi
Kegiatan
olahraga yang bertujuan pada tercapainya peningkatan prestasi olahraga
setinggi-tingginya, sesuai cabang olahraga tertentu.
3. Olahraga rekreasi
Olahraga
adalah aktifitas jasmani untuk memperoleh kesegaran jasmani dan rohani yang
dilakukan pada waktu luang. Tujuan utama dari olahraga rekreasi ini adalah
untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan.
4. Olahraga massal
Bertujuan
menjangkau seluruh lapisan masyarakat misalnya dengan melakukan gerak jalan dan
lain sebagainya.
5. Olahraga
khusus
Olahraga
ini mencakup jenis tertentu yaitu sesuai dengan cacat jasmani dengan tujuan
pada penguasaan dan kemahiran jenis olahraga tertentu, serta mencakup pula
kegiatan olahraga yang bertujuan penyembuhan sebagai terapi (rehabilitasi).
2.1.5 Lokasi atau Tempat Olahraga
Tempat
melakukan aktifitas olahraga dapat di bedakan menjadi dua yaitu Olahraga dalam
ruangan (Indoor) dan Olahraga luar ruangan (Outdoor).
2.1.5.1
Olahraga dalam Ruangan (Indoor)
Olahraga Indoor
yaitu
dimana cabang olahraga yang dimainkan dapat dilakukan di dalam ruangan saja dan
tidak memerlukan tempat yang terbuka. (thesis.binus.ac.id). Dan untuk
menyehatkan badan yang dilakukan di dalam ruangan. Kebutuhan akan sarana indoor
disebabkan oleh cuaca, misal hujan, angin, dan lainnya sehingga tidak
memungkinkan untuk berolahraga di lapangan terbuka juga sebagai tempat orang
melakukan kegiatan preventif bagi perawatan kesehatan pribadi, dengan melakukan
kegiatan olah raga yang bersifat rekreatif di dalam ruangan. Olahraga yang
bersifat rekreatif adalah olahraga yang mengandung unsur olah tubuh dan unsur
permainan yang berfungsi untuk melatih otot-otot tubuh manusia sekaligus
merelaksasi sistem saraf manusia dari rasa stress akibat pekerjaan dan kegiatan
rutin mereka sehari-hari. (David K, 2005)
A.
Jenis
– Jenis Olahraga Dalam Ruangan (Indoor)
Menilik pada ruang lingkup olahraga yakni olahraga
rekreasi dan olahraga prestasi, maka dalam aktifitas olahraga di dalam ruangan
(Indoor) pun ada beberapa jenis olahraga yang di kategorikan olahraga rekreasi
dan olahraga prestasi seperti :
a.
Olahraga
Rekreasi
Beberapa jenis olahraga
ringan yang dapat dilakukan di dalam ruangan (www.HealthMeUp.com) juga mampu
membakar kalori untuk pembentukan tubuh yang ideal (www.futuready.com).
Seperti :
a) Aerobik
Aerobik merupakan bentuk latihan
kardio yang menyenangkan dan bisa dilakukan di dalam rumah atau dalam ruangan.
Dalam 1 jam bisa membakar setidaknya 500-600 kalori.
b) Skipping
Skipping atau lompat tali bisa dilakukan di
mana saja, kapan saja, dan sangat efektif dalam membakar kalori. Dalam 10 menit
bisa membakar setidaknya 130 kalori dalam tubuh.
c) Zumba
Zumba merupakan olahraga yang sangat
populer untuk tubuh langsing, kombinasi gerakan menari dan fitness dalam zumba
cukup ampuh membakar lemak dalam tubuh. Melakukan gerakan zumba selama 1 jam
ampuh membakar kalori sebanyak 600-800 kalori.
d) Sepeda statis
Mengayuh
sepeda statis selama 1 jam dapat membakar setidaknya 350 kalori, memperkuat
otot kaki, dan jantung.
e)
Push
up dan sit up
Dengan
melakukan kedua gerakan tersebut selama satu jam bisa membakar setidaknya 250
kalori. Apalagi push up dan sit up bisa dilakukan baik di rumah
maupun di kantor tanpa bantuan alat apapun. Untuk mendapatkan hasil maksimal, yakni
dapat mengombinasikan gerakan sit up dan push up dengan olahraga
kardio lainnya.
b. Olahraga
Prestasi
Olahraga Prestasi yaitu
permainan dan pertandingan yang terbatas waktunya yang melibatkan usaha fisik
dan keterampilan. Beberapa jenis olahraga yang umumnya dilakukan di dalam
ruangan (thesis.binus.ac.id, pdf) seperti :
a.
Basket Ball
b.
Bulutangkis
c.
Fulsal
d.
Tenis
Meja
e.
Squash
f.
Tinju
g.
Dll.
B. Dampak Olahraga Dalam Ruangan (Indoor)
A. Dampak Positif
http://www.seputarfitness.com.
Banyak jenis olahraga yang dapat di
lakukan di dalam ruangan yang mampu membakar lemak dan kalori. Membakar lemak
bertujuan agar timbunan lemak dalam tubuh berkurang dan bisa mencegah kegemukan
yang mengundang penyakit.Suhadjono, 2013 “Kegemukan berpotensi menyebabkan
tekanan darah tinggi dan ganguan insulin”.(KOMPAS.com).
Dewasa
ini, aktifitas olahraga telah mengikuti perkembangan IPTEK seperti fasilitas –
fasilitas penunjang kebugaran tubuh tidak terkecuali pada olahraga dalam
ruangan (Indoor). Gym merupakan media yang menjadi fasilitator untuk olahraga
fitness yang bertujuan menjaga kestabilan, kebugaran dan kesehatan tubuh.
Olahraga
fitness yang biasa di lakukan Gym memiliki banyak manfaat antara lain (www.wedaran.com)
dan (www.tabloidkebugaran.blogspot.com)
:
a. Fitness
membantu kita mencapai katehanan kardiovaskular dan membantu aliran oksigen ke
seluruh tubuh.
b. Membantu
meningkatkan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan dan mnjaga kontraksi.
c. Akan
menjaga fleksibilitas persendian dari tubuh dengan baik.
d. Meningkatkan
jumlah oksigen dan serotinin pada otak. Meningkatnya serotonin pada otak
membantu penjernihan pikiran sedangkan peningkatan oksigen menuju otak akan
mendorong reaksi fisik dan mental yang baik.
A. Dampak
Negatif
Selain dampak positif berolahraga dalam ruangan
(Indoor), juga ada dampak negatif atau efek negatif terhadap tubuh. Beberapa
faktor yang mempengaruhi aktifitas olahraga salah satunya faktor lingkungan
dalam hal ini Oksigen (O2). Berolahraga dalam ruangan secara
otomatis akan kekurangan oksigen (O2) sehingga berpengaruh sistem
kerja otot dan sistem kardiovascular lainnya. Giriwijoyo S menjelaskan bahwa
“oksigen merupakan kebutuhan hidup yang paling pokok, karena menit demi menit
dalam kehiupan kita taidak mungkin lepas dari oksigen (O2)”. (Sidik
DZ dan Giriwijoyo S, 2012)
Penurunan tegangan dari O2 mempunyai
suatu pengaruh yang langsung pada kejenuhan hemoglobin dan, sebagai konsekwensi
dari pengangkutan oksigen. (Firmansyah Helmy, 2008). Oksigen mempunyai peranan
vital bagi tubuh manusia. Untuk mendapatkan energi, selain gula atau glukosa,
tubuh kita membutuhkan oksigen sebagai bahan bakar. Reaksi kimia antara gula
dan oksigen akan menghasilkan Adenosine Tri Phosphate (ATP) yang disebut
sebagai energi murni sel. Kekurangan oksigen akan menurunkan cadangan energi
tubuh. Tubuh akan merasa mudah capek. Selain itu, kekurangan ATP akan
mengganggu sinyal elektis dari otak ke otot sehingga membuat otot lelah.
(Sugiyono, 2012)
2.1.5.2
Olahraga
Diluar Ruangan (Outdoor)
Olahraga diluar ruangan (Outdoor) yaitu cabang olahraga
yang dimainkan hanya dapat dilakukan diluar ruangan dan membutuhkan tempat yang
terbuka. Olahraga ini biasanya tidak dibatasi oleh suhu, kecepatan pergerakan
angin.
A. Jenis Olahraga Diluar Ruangan (Outdoor)
Beberapa jenis atau cabang olahraga luar ruangan
(Outdoor) antara lain :
1. Sepak
Bola
2. Softball
3. Vollyball
4. Gerak
jalan
5. Golf
6. Volly
Pantai
7. Lari
8. Bersepeda,
Dll
(thesis.binus.ac.id/pdf.
2012)
B. Manfaat Olahraga Luar Ruangan
(Outdoor)
Berolahraga di luar ruangan memiliki banyak manfaat
terhadap kebugaran jasmani dan rohani antara lain :
1.
Meningkatkan
konsentrasi
Sebuah
studi dari University of Illinois di Urbana-Champaign menemukan bahwa anak-anak
dengan Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD) mampu berkonsentrasi lebih
baik setelah 20 menit berjalan kaki di taman.
2.
Membuat
rutin latihan
The
Physical Activity Guidelines for Americans merekomendasikan kepada orang dewasa
melakukan cardio selama dua jam dan 30 menit setiap minggu. Setelah itu
ditambah dua sesi atau lebih untuk latihan beban.Survei tahun 2011 menyatakan
bahwa mereka yang melakukan latihan fisik atau olahraga di luar ruangan lebih
bisa bersikap konsisten untuk rutin berolahraga dari pada mereka yang
melakukannya di gym.
3.
Menjaga
kestabilan berat badan
Sebuah
studi tahun 2008 menemukan bahwa berat badan anak-anak yang menghabiskan lebih
banyak waktu di luar ruangan, 27-41 persen berat badannya lebih stabil dari
pada anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan.
4.
Meningkatkan
energi
Sebuah
studi University of Rochester tahun 2009 yang dilaporkan The Telegraph,
"Seringkali ketika merasa tenaga telah terkuras habis, kita meminum
secangkir kopi. Namun, latihan fisik atau olahraga di luar ruangan ini
merupakan cara yang lebih baik untuk mendapatkan energi yakni ketika kita
menyatu dengan alam," ujar ahli psikologi, Richard M Ryan, Ph.D.
5.
Memperoleh
Vitamin D
Kekurangan
vitamin D dapat memicu seseorang memiliki kelebihan berat badan. Untuk
mendapatkan vitamin D secara gratis, berolahraga lah di ruangan terbuka.
Olahraga maupun melakukan aktivitas
fisik di ruang terbuka dapat membantu tubuh Anda vitamin D yang didapat dari
terpaan sinar matahari. (http://health.kompas.com)
Keuntungan lain beraktifitas di luar
ruangan yaitu pasokan Oksigen. O2 yang sangat diperlukan jaringan tubuh, dapat
menjalankan fungsinya dengan sempurna. Berfungsinya alat-alat tersebut akan
makin sempurna dan efisien. (Puspa L, 2009). Suplei O2 yang lebih banyak dapat
membantu sistem kerja jantung dan membakar lebih banyak kalori (Fajri W, 2014).
Beberapa jenis aktifitas fisik yang dapat membakar kalori seperti bersepeda
yang dapat membakar kalori sebanyak 256 kalori, senam aerobik yang dilakukan
dengan intensitas sedang selama satu jam dapat membakar kalori sekitar 330
kalori. (http://health.kompas.com)
2.2
Otot
Otot merupakan alat gerak
aktif karena berfungsi untuk kemampuan berkontraksi.(staff.uny.ac.id. Pdf). Kontraksi
otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh & substansi dalam
tubuh. Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan
organ-organ tubuh. (http://juliuskurnia.wordpress.com)
Guyton
& Hall, 2006. “Otot pada dasarnya dibedakan menjadi tiga macam
yaitu otot polos, otot jantung dan otot rangka. Massa otot manusia kira-kira
40-50% massa tubuh, yang terdiri dari 40% otot rangka dan 10% terdiri dari otot
polos dan otot jantung” (Gunawan E. 2014).
Gambar 2.1 Macam
– macam otot
(Iryani D. 2007)
Berdasar pada ketiga macam otot di
atas yang menjelaskan bahwa pada manusia 40% terdapat otot rangka. Jadi,
otot rangka memegang peranan yang paling penting utama dalam gerakan manusia
dari yang kompleks sampai pada gerakan halus. Oleh karena
itu, pada penelitian ini hanya membahas otot rangka.
2.2.1 Otot Rangka
Otot rangka
umumnya menempel ke tulang. Karena otot rangka dapat dikendalikan dengan
pilihan, dia juga disebut otot volunter. Sel-sel otot rangka panjang, berbentuk
seperti silinder atau tabung, dan terdiri dari protein-protein yang diatur
untuk membuat otot tampak memiliki lurik. Otot rangka menghasilkan gerakan,
mempertahankan posisi tubuh, dan menstabilisasi sendi. Mereka juga menghasilkan
panas yang cukup dan oleh karena itu membantu mempertahankan suhu tubuh.(Iryani
D, 2009). Astrand,1986 Otot
rangka (otot skelet) terdiri dari
serabut-serabut otot dengan diameter 50-100 mikrometer, dengan panjang bisa
lebih. Fungsi otot rangka adalah untuk melakukan kontraksi yang menjadi dasar
terjadinya gerakan tubuh di koordinasikan oleh susunan saraf sehingga membentuk
gerakan yang harmonis dari posisi tubuh yang tepat. (Gunawan E. 2014).
Gambar
2.2 Otot Rangka
(Iryani D.
2009)
2.2.2 Struktur Otot Rangka
Gambar 2.3 Struktur Otot Rangka
(Iryani D. 2009)
Otot
rangka terdiri dari banyak serat berkisar 10-80 mikrometer diameter.
Masing-masing serat ini terdiri dari berturut-turut lebih subunit kecil. Dalam
kebanyakan otot rangka, setiap serat meluas seluruh panjang otot. Kecuali untuk
sekitar 2 persen dari serat, setiap serat biasanya diinervasi oleh hanya satu
akhir saraf, yang terletak di dekat serat tengah. (Guyton & Hall, 2006)
Sebagian serat-serat
otot memiliki panjang 12 inchi. Serat otot dapat memiliki lebih dari satu nukleus
dan dikelilingi oleh membran sel yang disebut sarkolema. .(staff.uny.ac.id. Pdf).
Sarcolemma adalah membran
sel otot fiber. Sarcolemma terdiri dari membran sel yang disebut membran plasma
dan lapisan luar terdiri dari lapisan tipis bahan polisakarida yang mengandung
banyak fibril kolagen tipis. Pada setiap akhir serat otot, lapisan permukaan
ini dari sarcolemma sekering dengan serat tendon, dan serat tendon pada
gilirannya mengumpulkan dalam bundel untuk membentuk tendon otot yang kemudian
masukkan ke dalam tulang. (Guyton &
Hall, 2006).
Gambar 2.3 Organisasi otot
rangka, dari gross ke tingkat molekul.
(Guyton & Hall, 2006)
Setiap serat otot berisi beberapa ratus untuk beberapa ribu
miofibril, yang ditunjukkan oleh banyak terbuka kecil titik dalam tampilan
cross-sectional. Setiap miofibril terdiri dari sekitar 1.500 filamen myosin
yang berdekatan dan 3000 filamen aktin, yang besar molekul protein
terpolimerisasi yang bertanggung jawab untuk kontraksi. otot ini dapat dilihat
pada Gambar 2.3, bagian E melalui L. Filamen tebal di diagram myosin, dan
filamen tipis aktin. Gambar 2.3E bahwa myosin dan aktin filamen sebagian
interdigitate dan dengan demikian menyebabkan miofibril memiliki terang dan
gelap band alternatif. Band ringan dapat mengandung aktin filamen dan I disebut
band karena mereka isotropik cahaya terpolarisasi. Band gelap mengandung
filamen myosin, serta ujung filamen aktin mana mereka tumpang tindih myosin,
dan disebut A band karena mereka anisotropik untuk cahaya terpolarisasi.
Perhatikan juga proyeksi kecil dari sisi myosin yang filamen pada Gambar 2.3E
dan L. Ini adalah cross-bridge. Ini adalah interaksi antara lintas-bridge dan
filamen aktin yang menyebabkan kontraksi. Gambar 2.3E juga menunjukkan bahwa
ujung filamen aktin melekat pada disebut-Z disc. Dari disc ini, filamen
tersebut memperpanjang di kedua arah untuk interdigitate dengan filamen myosin.
Z disc, sendiri terdiri dari protein berserabut yang berbeda dari aktin dan
myosin filamen, melintang di miofibril dan juga melintang dari miofibril untuk
miofibril, melampirkan miofibril satu lain sepanjang jalan melintasi fiber.
oleh karena itu, seluruh serat otot memiliki band terang dan gelap, seperti
halnya band myofibrils.
Gambar
2.4 Myofibril
(staff.uny.ac.id,
PDF)
Porsi miofibril (atau seluruh otot fiber) yang terletak di antara
dua Z cakram berturut-turut disebut a sarkomer. Ketika serat otot dikontraksi, panjang
sarkomer adalah sekitar 2 mikrometer. Akhirnya ini, filamen aktin sepenuhnya
tumpang tindih myosin yang filamen, dan ujung filamen aktin hanya mulai tumpang
tindih satu sama lain.
2.2.3 Kontraksi Otot Rangka
Kontraksi otot rangka dapat terjadi
hanya jika otot pertama kali dirangsang oleh saraf. Jenis saraf yang
mempersarafi otot rangka adalah saraf motorik atau somatik. Saraf motorik
datang dari korda spinalis dan mensuplai beberapa serat otot pada perangsangan
saraf. Daerah dimana saraf motorik bertemu dengan otot disebut neuromuscular junction (NMJ). Struktur
di dalam NMJ meliputi membran di ujung saraf, ruang yang ada antara ujung saraf
dan membran otot, dan tempat reseptor pada membran otot. (Sistem- otot. Pdf).
Guyton
& Hall, 2006. Inisiasi dan
pelaksanaan kontraksi otot terjadi pada langkah-langkah berurutan berikut :
1.
Tindakan perjalanan potensial sepanjang saraf motorik untuk ujung pada serat
otot.
2. Pada
setiap akhir, saraf mengeluarkan sejumlah kecil dari asetilkolin zat
neurotransmitter.
3.Asetilkolin
bertindak pada daerah otot membran serat untuk membuka beberapa
"acetylcholinegated" saluran melalui molekul protein mengambang dalam
membran.
4.Pembukaan
saluran asetilkolin-gated memungkinkan jumlah besar ion natrium untuk berdifusi
keinterior membran serat otot. inisiasi ini potensial aksi di membran.
5.
Potensial aksi perjalanan sepanjang serat otot membran dengan cara yang sama
bahwa potensial aksi perjalanan sepanjang membran serat saraf.
6. potensial
aksi mendepolarisasi otot membran, dan banyak dari potensial aksi listrik
mengalir melalui pusat otot serat. Berikut menyebabkan retikulum sarkoplasma ke
melepaskan sejumlah besar ion kalsium yang memiliki telah disimpan dalam
retikulum ini.
7. ion
kalsium memulai gaya tarik menarik antara aktin dan myosin filamen, menyebabkan
mereka meluncur bersama satu sama lain, yang merupakan Proses kontraktil.
8.
Setelah sepersekian detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh Ca ++ membran pompa, dan tetap disimpan dalam retikulum sampai
potensial aksi otot baru; penghapusan ini kalsium ion dari myofibrils
menyebabkan kontraksi otot untuk berhenti.
(Fox, Bowers & Foss, 1993 Dalam Tesis Gunawan
Edy, 2014). Tiga macam kontraksi otot berdasarkan tipe kontraksinya yaitu
kontraksi isotonik, isometrik dan kontraksi isokinetik.
a. Kontraksi
isotonik disebut juga kontraksi konsentrik, dan termasuk kontraksi dinamik. Kontaksi
isotonik terjadi karena otot memendek dan tonus otot tetap. (Iryani D, 2009)
b. Kontraksi
isometrik disebut juga sebagai kontraksi statik. Pada kontraksi ini otot
meregang tetapi tidak ada perubahan panjang pada serabut otot, contoh mendorong
beban tidak bergerak.
c. Kontraksi
isokinetik adalah kontraksi otot dengan kecepatan kontraksi konstan. Contoh
kontraksi lengan pada saat smash bola dalam permainan bola volli. (Gunawan E,
2014)
2.3
Latihan
Harsono,
1996. Latihan adalah suatu proses berlatih secara sistematis yang
dilakukan secara berulang – ulang dengan beban latihan kian bertambah. Pendapat
lain menyatakan bahwa latihan adalah proses sistematis dari kerja fisik yang di
lakukan secara berulang –ulang dengan menambah jumlah beban. (Widiyanto, 2008).
Latihan juga merupakan upaya
sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan
kemampuan fungisional raga yang sesuai dengan tuntutan tugas/ penampinaln
cabang olahraga yang bersangkutan, baik pada aspek kemampuan dasar (fisik)
maupun pada aspek aspek kemampuan keterampilan. (Giriwijoyo S, 2012).
2.3.1 Prinsip Latihan
Edy
Gunawan, 2014. Menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip dasar
latihan yang harus dipahami dan ditaati serta di laksanakan dengan baik dan
benar oleh atlet yang akan meningkatkan presttasi. Prinsip latihan tersebut
antara lain
a). Prinsip beban berlebih (The overload principle)
b). Prinsip beban bertambah (The principle of Progresif resistance)
c). Prinsip latihan beraturan
(The Principle of arrangement of exercise)
d). Prinsip kekhususan (The principle of specificity)
e).
Prinsip individualism (The principle of
Individuality)
f).
Prinsip pulih asal (recovery principle)
g).
Prinsip kembali asal (reversible
principle)
Terlepas daripada prinsip tersebut,
keterampilan teknik juga perlu di perhatikan sebagai penunjang prestasi atlet.
Keterampilan teknik yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan melakukan
gerakan-gerakan keterampilan suatu cabang olahraga. (Giriwijoyo S, 2012).
2.4 Sistem Energi pada Olahraga
Secara garis besar sistem energi dalam olahraga terdiri dari
anaerobik dan aerobik. Anaerobik adalah kegiatan olahraga yang secara umum
tidak membutuhkan oksigen atau O2, sumber energi dari sistem ATP – CP dan asam
laktat serta waktu yang diperlukan untuk melakukan gerakan sangat singkat,
sehingga tidak memerlukan O2 untuk pembakaran. (Laurentia Mihardja, 1994).
Anaerobik memungkinkan manusia mengerahkan energi dalam jumlah besar dalam
waktu singkat atau melakukan gerakan-gerakan eksplosif. (Giriwijoyo, 2012). Aerobik
adalah kegiatan olahraga yang dilakukan secara kontinyu dalam waktu relatif
lebih lama (diatas tiga menit) dan membutuhkan energi dari sistem oksigen yang
berasal dari siklus TCA. (Laurentia M, 1994).
Memahami sistem penyediaan
energi merupakan komponen utama dalam berolahraga, energi diperoleh melalui
pemecahan ATP dalam tubuh. Penyediaan ATP dapat terlayani melalui proses
sebagai berikut :
a. Sistem ATP-PC (Phosphagen system)
b. Sistem Asam Lactat (Lactat Acid System)
c. Sistem Aerobik (Aerobik System)
Untuk cabang olahraga kecepatan, sistem energi yang paling dominan
adalah sistem ATP-PC (Phosphagen system). Peranan ATP sebagai sumber energi
untuk aktivitas otot berlangsung secara siklus (Guyton, 2006). Bila energi
dibutuhkan pada proses aktivitas, maka
ATP terhidrolisis menjadi ADP (Adenosin Di phosphat) dan Pi (phosphat
inorganik) sekaligus melepaskan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas otot.
Proses pemecahan ATP dalam otot yaitu dari phosphat dan energi melalui suatu
proses yang dirangkaikan dengan proses oksidasi molekul penghasil energi.
Proses hidrolisis dan pembentukan ATP pada sel otot membentuk suatu sistem
energi otot. (Gunawan E, 2014)
2.4.1 Sistem ATP-PC (System Phosphagen)
Aktivitas yang dilakukan berulang-ulang akan menyebabkan persediaan
ATP dalam otot berkurang. ATP merupakan simpanan energi dalam otot yang siap di
gunakan untuk aktivitas fisik. Namun, simpanan ATP tidak bertahan lama, karena
jumlah ATP yang tersedia dalam otot terbatas yakni hanya 20-30 detik saja.(Widiyanto,
2008). Energi yang tersedia ini untuk olahraga yang memerlukan gerakan cepat
dan bentuk energinya cepat habis. Untuk
membentuk ATP kembali kalau cadangan PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa
tanpa oksigen, atau disebut sebagai ”anaerobic glycolisis”. Penggunaan sistem
Phosphagen sebagai sumber energi yang diperlukan untuk olahraga atau
gerakan-gerakan yang memerlukan kecepatan. (Gunawan E, 2014).
Ketika ATP pecah menjadi Adenosine diphosphate dan phosphate
inorganic (Pi), dihasilkan energi yang dapat digunakan untuk kontraksi otot
skelet selama olahraga. Tiap molekul ATP yang terurai diestimasikan sebanyak 7
– 12 kalori. Disamping ATP, otot skelet juga mempunyai energi phosphate yang
tinggi yaitu creatine phosphate (CP), yang dapat dipakai untuk menghasilkan
ATP. (Laurentia M, 1994).
Phosphocreatine memiliki lebih banyak energi daripada ikatan ATP,
10.300 kalori per mol dibandingkan 7300. Oleh karena itu, phosphocreatine dapat
dengan mudah menyediakan energi yang cukup untuk menyusun kembali energi tinggi
ikatan ATP. Selain itu, sel-sel otot yang paling memiliki dua empat kali lebih
banyak phosphocreatine sebagai ATP. Karakteristik khusus transfer energi dari
phosphocreatine ke ATP adalah bahwa hal itu terjadi dalam sebagian kecil detik.
Oleh karena itu, semua energi yang tersimpan dalam phosphocreatine otot hampir
seketika tersedia untuk kontraksi otot, seperti adalah energi yang tersimpan di
ATP. (Guyton, 2006).
Bila energi phosphagen habis sedangkan aktivitas otot tetap
dilanjutkan maka energi akan diperoleh dari sistem glikolisis anaerobic (sistem
asam laktat). Bila aktivitas otot dihentikan segera setelah sistem phosphagen
hampir habis, maka akan segera terjadi pemulihan dimana cadangan ATP-PC
dikembalikan ke keadaan semula.
Gambar
2.5 Reaksi pembentukan ATP dari fosfokreatin (PC)
C =
kreatin, Pi = fosfat energi tinggi (Gunawan E, 2014 )
2.4.2 Sistem asam laktat (Glikolisis anaerobik)
Glikogen yang disimpan dalam otot dapat dibagi menjadi glukosa
kemudian menjadi energi. Tahap awal proses ini, yang disebut glikolisis,
terjadi tanpa menggunakan oksigen. (Guyton, 2006). Sistem ini penting untuk
exercise anaerobik dengan intensitas tinggi yang berguna untuk melakukan
kontraksi otot. Setelah 1,5 – 2 menit melakukan olahraga, penumpukan laktat
yang terjadi akan menghambat glikolisis, sehingga timbul kelelahan otot.
Melalui sistem ini dari 1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil 3 molekul ATP. (Laurentia
M, 1994).
Bila aktivitas maksimum terus berlanjut, maka glikolisis anaerobik
ini akan terus berputar hingga produksi asam laktat bertumpuk, baik dalam otot
maupun dalam darah. Tumpukan asam laktat akan menurunkan pH (meningkatkan
keasaman) dalam otot maupun darah. Didalam tubuh, asam laktat yang terbentuk
pada serabut otot yang aktif akan masuk ke aliran darah menuju sitoplasma otot
yang tidak aktif. Selanjutnya di dalam sitoplasma otot tidak aktif ini, asam
laktat berubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat ini masuk ke dalam
mitokondria untuk mengalami suatu rangkaian proses oksidasi (siklus Krebs dan
sistem transfer elektron) menghasilkan ATP, H2O dan CO2. Proses ini dikenal
sebagai proses oksidasi asam laktat. (Gunawan E, 2014)
2.4.3 Sistem energi aerobik
Sistem
aerobik membutuhkan oksigen untuk memecahkan glikogen menjadi CO2 dan H2O
melalui siklus krebs (Tricarboxyclic acid= TCA) dan sistim transport elektron.
Glikogen atau glukosa dipecah secara kimia menjadi asam piruvat dan dengan
adanya O2 maka asam laktat tidak menumpuk. (Laurentia M, 1994).
Secara
singkat proses metabolisme energi secara aerobik meregenerasi ATP, tiga
simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,
glikogen), lemak dan juga protein. Di antara ketiganya, simpanan karbohidrat
dan lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga. (Hernawati, 2009).
Oksidasi satu mol glukosa menghasilkan 38 ATP dan satu mol glikogen
menghasilkan 39 ATP dan oksidasi lemak (satu mol trigliserid) menghasilkan 463
ATP. Oksidasi protein hanya terjadi pada keadaan yang sangat terdesak. (Guyton, 2006).
Gambar 2.6 Proses metabolisme sistem aerobik
(Hernawati, 2009)
2.5 Asam Laktat
2.5.1 Asam Laktat dan Olahraga
Asam
laktat merupakan indikator kelelahan, yaitu suatu hasil sampingan dari
metabolisme pembentukan energi. Di dalam tubuh kita, terjadi proses kimia yang
mengubah energi kimia dalam makanan menjadi energi mekanik yang membuat otot
kita dapat berkontraksi. Energi mekanik yang menjadikan otot berkontraksi
berasal dari molekul yang disebut ATP (Adenosin Tri Phosphate, merupakan gugus
adenosine yang mengikat tiga gugus fosfat). Jika satu gugus fosfat lepas dari
ATP, maka energi sebesar 30 kJ akan dilepas. Salah satu penggunaan energi,
yaitu untuk menggerakkan otot.(Samsul Bahri, dkk. 2009).
Asam laktat merupakan produk hasil
metabolisme karbohidrat tanpa menggunakan oksigen (metabolisme anaerob). Asam
laktat diproduksi di sel otot saat suplai oksigen tidak mencukupi untuk
menunjang produksi energi. Produk asam laktat normal terdapat di dalam tubuh
manusia. (http://www.kerjanya.net/5061-asam-laktat.html). Laktat
merupakan intermediate product dari metabolisme glukosa dan merupakan product
akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.
(Widiyanto, 2008)
Terbentuknya asam laktat merupakan
akibat aktivitas latihan dengan intensitas
tinggi dan latihan dalam waktu yang lama (prolonged exrcise). (Purnomo
M, 2011). Soekarman,1987 menjelaskan
bahwa “Pada
latihan fisik intensitas tinggi otot berkontraksi dalam keadaan anaerobik,
sehingga penyediaan ATP terjadi melalui proses glikolisi anaerobic. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kadar laktat dalam darah Maupun otot. Hal ini
mengakibatkan meningkatnya kadar laktat dalam maupun otot. Tetapi otot yang
terlatih tetap dapat berkontraksi dengan baik pada konsentrasi asam laktat yang
cukup tinggi. Segera setelah mendapat oksigen, asam laktat diubah kembali
menjadi asam piruvat dan selanjutnya diubah menjadi energi, karbodioksidasi dan
air. Jadi, asam laktat merupakan sumber energi yang dapat digunakan sebagai
piruvat, piruvat masuk dalam siklus kreb’s dan sistem transport electron sehingga
menghasilkan energi, H2O, dan CO2” (Widiyanto,
2008).
Glukosa juga dibentuk dari bagian gliserol lemak dan
senyawa glukogenik yang dapat digolongkan ke dalam dua katagori yaitu (1)
senyawa yang meliputi konversi netto langsung menjadi glukosa tanpa daur ulang
yang berarti, seperti beberapa asam amino serta propionat; (2) senyawa yang
merupakan hasil metabolisme parsial glukosa dalam jaringan tertentu yang
diangkut ke dalam hepar serta ginjal untuk disintesis kembali menjadi glukosa
melalui mekanisme glukoneogenesis, seperti laktat dan alanin. Pada olahraga dimana
otot dalam keadaan hypoxia, maka akan glikogen diubah menjadi glukosa,
selanjutnya glukosa akan diubah laktat. Laktat melalui aliran darah masuk ke
hati. Di dalam hati, laktat akan diubah kembali menjadi glukosa. Glukosa
kembali masuk ke dalam darah yang selanjutnya akan digunakan di dalam otot. Di
dalam otot, glukosa diubah kembali menjadi glikogen. Hal tersebut dikenal
dengan siklus asam laktat atau siklus Cori. (Hernawati, 2009)
Gambar
2.7 Siklus Cori
2.5.2
Efek penumpukan asam laktat
Latihan
anaerobic yang berlangsung secara glikolisis anaerobic akan meningkatkan
konsentrasi asam laktat dalam sel otot. Peningkatan konsentrasi asam laktat
tersebut akan menurunkan pH dari sel (tingkat keasaman dalam sel lebih tinggi
disbanding luar sel). Enzim-enzim didalam sel sangat peka terhadap pH.
Penurunan pH menyebabkan penurunan kecepatan reaksi dari ezim-enzim didalam
sel, sehingga menurunkan kemampuan metabolism dan produksi ATP. (Gunawan E,
2014).
Keberadaan
asam didalam otot akan mengganggu berbagai mekanisme sel otot, antara lain :
(1)
Menghambat enzim aerobic dan anaerobic, sehingga menurunkan kapasitas ketahanan
aerobic (endurance aerobic capacity) dan
kapasitas ketahanan anaerobic (endurance
anaerobic capacity),
(2) Menghambat terbentuknya creatin phospat (CP) dan
akan mengganggu koordinasi gerak,
(3)
Menghambat enzim fosfofruktokinase,
(4) Menghambat pelepasan ion Ca++ pada
troponin C mengalami penurunan, dan mengakibatkan gangguan atau terhentinya
kontraksi serabut otot,
(5) Menghambat aktifitas mATPaseterutama pada
serabutotot cepat, karena mATPase pada serabut otot cepat peka terhadap asam.
(Widiyanto, 2009)
2.5.3
Menghindari Terbentuknya Asam Laktat
Ada beberapa cara yang
dilakukan atlet untuk menekan timbulnya asam laktat dalam berolahraga.
1.
Melakukan pemanasan sebelum beolahraga
Pemanasan merupakan upaya tubuh untuk menyesuaikan
diri dengan peningkatan sirkulasi secara bertahap, sekaligus meminimalkan utang
oksigen dan pembentukan asam laktat. Dari segi sistem gerak pemanasan bertujuan
mencegah timbulnya cedera.
2.
Meminum soda bikarbonat
Beberapa atlet dikabarkan berusaha menunda timbulnya
capai akibat penumpukan asam laktat dengan minum banyak soda bikarbonat sebelum
pertandingan, yang selama ini legal. Karena soda (bikarbonat) bersifat basa,
maka akan bereaksi dengan asam laktat dan mengurangi kadar asam laktat di otot.
Namun, bisa diduga efek samping dari usaha ini. Reaksi asam laktat dan
bikarbonat akan menghasilkan gas CO2, maka perut bisa terasa mual bahkan dapat
menimbulkan kram. (http://thobib.blogspot.com/2008/07/asam-laktat.html).
2.5.4
Penggunaan Asam Laktat Sebagai Energi
Junusul
Hairy, 1989. Sejumlah besar asam laktat yang
diproduksi oleh otot selama latihan fisik dirubah menjadi asam piruvat kemudian
dipecah menjadi karbondioksida dan air di dalam mitokondria. Bagaimanapun juga,
asam laktat dapat berdifusi keluar dari otot dan masuk kedalam darah, diambil
kembali, dan digradasi untuk energi oleh otot yang lain. Cara lain tentang
penggunaan asam laktat sebagai energi adalah: asam laktat dikeluarkan oleh
darah ke hati, dihati asam laktat diubah menjadi glikogen hati, melalui
glikolisis. Glikolisis hati kemudian dipecah menjadi glukosa yang masuk ke
dalam darah dan diangkut kembali ke otot untuk dipergunakan di dalam glikolisis
atau disimpan sebagai glikogen. (Gunawan E, 2014).
Asam laktat yang masuk
dalam darah akan digunakan untuk oksidasi dalam sel-sel otot aerobik dalam
tubuh, yaitu: sel otot yang kurang aktif, banyak mengandung mitokondria dan
banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Contoh otot yang banyak mengandung
mitokondria dan banyak mengandung pembuluh darah kapilar adalah otot-otot yang
tergolong dalam jenis slow twitch.
B. Kerangka Berpikir
Gambar
2.8 Kerangka Berpikir Penelitian
daftar pustakanya tidak ada yaah
ReplyDelete