BAB
VI
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Pada
bab ini akan di kemukakan hasil penelitian dan pembahasannya. Penyajian hasil
analisis data penelitian meliputi analisis deskriptif, uji normalitas, uji
homogenitas, uji hipotesis. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan
gambaran umum hasil analisis data penetitian. Uji normalitas bertujuan untuk
melihat sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas bertujuan
untuk menyamakan data sampel penelitian. Uji hipotesis berupa one way anova dan
uji t (T-Test) untuk melihat atau mengetahui perbandingan kadar asam laktat
pada olahraga dalam ruangan (Indoor)
dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Angkatan 2013. Selanjutnya akan di
sajikan pembahasan dari analisis data penelitian tersebut.
4.1.1 Analisis Deskriptif
Analisis
data deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum hasil penelitian. Gambaran
umum data meliputi rata-rata, standar deviasi, varians, data maximum, data
minimum, range. Deskripsi data dimaksudkan untuk dapat menafsirkan dan memberi makna
tentang data tersebut seperti pada tabel berikut ini :
Tabel
4.1: Rangkuman hasil analisis data deskriptif perbandingan kadar asam laktat
pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
Statistik
Deskriptif
|
||||||||
Variabel
|
N
|
Range
|
Min
|
Max
|
Sum
|
Mean
|
SD
|
Variance
|
Dalam Ruangan
|
5
|
5.70
|
10.60
|
16.30
|
68.80
|
13.7600
|
2.03789
|
4.153
|
Luar Ruangan
|
5
|
2.60
|
9.40
|
12.00
|
55.20
|
11.0400
|
1.01143
|
1.023
|
Berdasarkan
pada tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
1.
Kadar asam laktat variabel olahraga
dalam ruangan (Indoor) diperoleh
rata-rata 13.7600, Standar Deviasi
2.03789, data minimal 10.60, data maksimal 16.30, range 5.70 dan varians 4.153
2.
Kadar asam laktat pada variabel olahraga
luar ruangan (Outdoor) diperoleh data
rata-rata 11.0400, Standar Deviasi 1.01143, data minimal 9.40, data maksimal
12.00, range 5.70 dan varians 1.023.
4.1.2
Uji Normalitas Data
Salah
satu asumsi yang harus dipenuhi agar statistik parametrik dapat digunakan
adalah data mengikuti sebaran normal apabila pengujian ternyata data
berdistribusi normal maka berarati analisis
statistik parametrik telah terpenuhi. Untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji Kolmogorof-Smirnof (K-SZ). Jika uji Kolmogorof-Smirnof (K-SZ) pada
variabel olahraga dalam ruangan dan olahraga luar ruangan enunjukkan harga P
> 0,05, berarti berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 : Rangkuman hasil uji
normalitas pada olagraga dalam ruangan (Indoor) dan Olahraga luar ruangan
(Outdoor)
Variabel
|
Absolut
|
Positif
|
Negatif
|
KS-Z
|
Asymp
|
Ket
|
Olahraga Dalam Ruangan
|
0.308
|
0.234
|
-0.308
|
0.688
|
0.731
|
Normal
|
Olahraga Luar Ruangan
|
0.245
|
0.171
|
-0.245
|
0.548
|
0.925
|
Normal
|
Berdasarkan
tabel 4.2 diatas dapat di gambarkan bahwa uji normalitas data dengan
menggunakan uji Kolmogorof-Smirnof (K-SZ) menunjukkan hasil sebagai berikut :
1.
Data kadar asam laktat pada olahraga
dalam ruangan (Indoor) diperoleh
nilai Kormogorof-Smirnof Z (K-SZ) 0.688, Asymp 0.731 (P>0.05). Dari hasil
tersebut maka dapat dikatakan bahwa data variabel kadar asam laktat pada
olahraga dalam ruangan mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.
2.
Data kadar asam laktat pada olahraga
luar ruangan (Outdoor) di peroleh
nilai Kormogorof-Smirnof Z (K-SZ) 0.548, Asymp 0.925 (P>0.05). dari hasil
tersebut maka dapat dikatakan bahwa data variabel kadar asam laktat luar
ruangan mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.
4.1.3
Uji Homogenitas Data
Setelah
data penelitian dinyatakan mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal,
maka perlu di lakukan uji homogenitas untuk mengetahui bahwa data penelitian
homogen. Hasil uji homogenitas pada variabel olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor) adalah sebagai berikut :
Tabel
4.3 Hasil Uji Homogenitas data kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan
(Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
Kadar Asam Laktat Olahraga Dalam dan
Luar Ruangan
|
Levene Statistic
|
df1
|
df2
|
Sig.
|
.560
|
1
|
8
|
.476
|
Tabel
4.3 menunjukkan data kadar asam laktat pada olahraga dalam dan luar ruangan
memperoleh nilai signifikan yaitu 0.476 (P>0.05). maka dapat dikatakan bahwa
data variabel olahraga dalam ruangan dan luar ruangan adalah homogen.
4.1.4 Uji Hipotesis
Hipotesis
yang dilakukan dalam penelitian ini perlu di uji dan di buktikan melalui data
empiris yang di peroleh di lapangn melalui tes dan pengukuran terhadap variabel
yang di teliti. Selanjutnya data tersebut akan diolah sacara
statistik.pengujian hipotesis penelitian ini di gunakan adalah oneway anova dan
uji-T (T-Tes). Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor). Hasil dari uji data dapat di lihat pada tabel berikut ini
:
Tabel 4.4: hasil
uji hipotesis perbandingan kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
Variabel
|
N
|
Mean
|
Sig/Anova
|
Kadar Asam Laktat pada Olahraga Dalam
Ruangan
|
5
|
13.7600
|
0.000
|
Kadar Asam Laktat pada Olahraga Luar
Ruangan
|
5
|
11.0400
|
Berdasarkan
tabel 4.4 diatas maka di jelaskan bahwa :
1. Variabel
olahraga dalam ruangan (Indoor)
memiliki rata-rata kadar asam laktat 13.76 mmol/l dan memperoleh hasil 0.000
(α<0.005)
2. Variabel
olahraga luar ruangan (Outdoor)
memiliki rata-rata kadar asam laktat 11.04 mmol/l dan memperoleh hasil 0.000
(α<0.005).
3. Dari
rata-rata kedua variabel yaitu 13.76 mmol/l untuk variabel olahraga dalam
ruangan dan 11.04 mmol/l untuk olahraga luar ruangan memiliki perbedaan 13.76 –
11.04 = 2.72 mmol/l. Sehingga dapat di simpulkan bahwa hipotesis ada perbedaan
kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan(Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor) di terima.
4.2
Pembahasan
Hasil analisis
data maupun pengujian hipotesis yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diterima.Namun hasil ini masih perlu pembahasan
lebih lanjut untuk memberikan interprestasi yang lebih mendalam tentang hasil penelitian
yang diperoleh dikaitkan dengan teori-teori maupun kerangka berfikir yang telah
dikemukakan sebelumnya.
Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar asam laktat pada olahraga dalam
ruangan (Indoor) dan olahraga luar
ruangan (Outdoor). Dan hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kedua variabel tersebut.
Untuk olahraga dalam ruangan (Indoor)
di peroleh rata-rata kadar asam laktat 13.7600 mMol/l dan untuk olahraga luar
ruangan (Outdoor) di peroleh
rata-rata kadar asam laktat 11.04 mMol/l. Dari hasil tersebut selisih kadar
asam laktat antara keduanya adalah 2.72 nMol/l. Dari hasil tersebut perlu
penjelasan yang lebih lanjut untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan
antara olahraga dalam ruangan (Indoor)
dan olahraga luar ruangan (Outdoor).
Sistem
metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat berjalan secara aerobik (dengan
oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua proses ini dapat berjalan
secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga. Adenosine triphosphate (ATP) merupakan sumber energi yang
terdapat di dalam sel-sel tubuh terutama sel otot yang siap dipergunakan untuk
aktivitas otot. Terdapat 2 macam sistem pemakaian energi anaerobik yang dapat
menghasilkan ATP selama latihan yaitu
(1) sistem ATP-CP (2) sistem asam laktat.
Asam
laktat merupakan produk hasil metabolisme karbohidrat tanpa menggunakan oksigen
(metabolisme anaerob). Asam laktat diproduksi di sel otot saat suplai oksigen
tidak mencukupi untuk menunjang produksi energi. Penumpukan asam laktat terjadi
setelah melakukan aktifitas fisik selama 1,5-2 menit seperti yang di jelaskan
oleh Laurentia M (1994) bahwa “Setelah 1,5 – 2 menit melakukan olahraga,
penumpukan laktat yang terjadi akan menghambat glikolisis, sehingga timbul
kelelahan otot. Melalui sistem ini dari 1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil
3 molekul ATP”. Proses glikolisis anaerob menghasilkan produk akhir berupa asam
laktat. Glukosa dari glikogen otot dipecah menjadi asam laktat. Tanpa produksi
asam laktat, proses glikolisis ini tidak akan dapat berjalan.Sementara itu,
penumpukan asam laktat akan menghambat glikolisis, sehingga timbul kelelahan
otot. Melalui proses pembentukan asam laktat dari 1 mol (180 gram) glikogen
otot dihasil 3 molekul ATP. Kadar asam laktat yang lebih dari 6 mmol/L sudah cukup
tinggi untuk berkontribusi terhadap terjadinya kelelahan (Toto dkk, 2012).
Usia juga merupakan faktor
penting yang menunjukan tingkat kebugaran dan metabolisme tubuh seseorang.
Semakin muda usia seseorang, maka tingkat kebugaran cenderung semakin baik, dan
metabolisme tubuhnya pun makin baik, yang akan menguntungkan dalam proses
produksi energi yang besar, termasuk proses asam laktat. Dalam penelitian ini
rata-rata usia sampel berkisar pada usia 19-20 tahun dan intensitas yang
deberikan yaitu submaksimal berdasar pada maximal heart rate atau 220-umur.
Berolahraga didalam ruangan dengan kadar oksigen (O2) yang cukup merangsang
peningkatan metabolisme tubuh sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar asam
laktat di otot maupun darah, selain itu meningkatkan temperatur tubuh. (Gunawan
E, 2014). Kekurangan Oksigen (O2) akan mengakibatkan meningkatnya
produksi asam laktat pada otot sehingga masyarakat atau atlet akan dengan cepat
merasakan kelelahan sehingga berdampak pada menurunnya performa fisik. “Kadar asam laktat yang tinggi akan menyebabkan
asidosis pada dan di sekitar sel-sel otot, menghambat koordinasi, meningkatkan
resiko cedera, menghambat sistem energi dari kreatin fosfat, dan memperlambat
oksidasi lemak”. Sebaliknya
berolahraga di luar ruangan (Outdoor), sirkulasi oksigen (O2) lebih lancar dan
teratur sehingga menghambat pembentukan asam laktat yang berlebihan, juga
pembuangan cairan berkurang karena kadar suhu lebih statnan.
Olahraga yang dilakukan dengan intensitas submaksimal atau
intensitas tinggi akan mengakibatkan penumpukan kadar asam laktat semakin besar
dan akan mengalami kelelahan. Kadar asam laktat yang melebihi 6 mMol/L dapat
mengganggu mekanisme kerja sel otot sampai pada tingkat koordinasi gerakan
(Widiyanto,2008). Penelitian yang dilakukan kadar asam laktat yang tertinggi pada olahraga dalam ruangan (Indoor) sebesar 16.3 mMol/L dan asam laktat terendah sebesar 10.6
mMol/L. Sementara kadar asam laktat pada olahraga luar ruangan (Outdoor) sebesar 12.1 mMol/L dan yang
terendah sebesar 9.4 mMol/L. Seperti yang digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 4.5: Data hasil penelitian
kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar
ruangan (Outdoor)
No
|
Nama
|
Umur
|
JK
|
Asam Laktat
|
Ket
|
1
|
Suryansa
|
19
|
L
|
14.0
|
DR
|
2
|
Saeful
|
20
|
L
|
13.8
|
DR
|
3
|
Andika
|
20
|
L
|
16.3
|
DR
|
4
|
Kayyum
|
19
|
L
|
14.1
|
DR
|
5
|
Kaharuddin
|
20
|
L
|
10.6
|
DR
|
6
|
Agung Wijaya
Budiman
|
20
|
L
|
11.7
|
LR
|
7
|
Jusman
|
19
|
L
|
9.4
|
LR
|
8
|
Basuki
|
20
|
L
|
10.9
|
LR
|
9
|
Irfandi
|
20
|
L
|
11.2
|
LR
|
10
|
Fitrah
|
20
|
L
|
12.1
|
LR
|
Adanya perbedaan yang
signifikan antara olahraga dalam
ruangan dan olahraga luar ruangan karena
sirkulasi udara yang
berbeda. Sirkulasi udara dalam ruangan cenderung statnan sehingga
potensi kelelahan lebih besar dan olahraga luar ruangan relatif lebih lancar.
Dari hasil
penelitian yang dilakukan terhadap beberapa mahasiswa Ilmu Keolahragaan
angkatan 2013 dapat di simpulkan bahwa kadar asam laktat olahraga dalam ruangan
(Indoor) lebih tinggi dari pada
olahraga luar ruangan (Outdoor)
sekaligus menjawab hipotesis bahwa ada perbedaan antara olahraga dalam ruangan
(Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor).
No comments:
Post a Comment