GOOGLE

Search results

Saturday, December 26, 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN



BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
             Pada bab ini akan di kemukakan hasil penelitian dan pembahasannya. Penyajian hasil analisis data penelitian meliputi analisis deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran umum hasil analisis data penetitian. Uji normalitas bertujuan untuk melihat sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas bertujuan untuk menyamakan data sampel penelitian. Uji hipotesis berupa one way anova dan uji t (T-Test) untuk melihat atau mengetahui perbandingan kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor) pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Angkatan 2013. Selanjutnya akan di sajikan pembahasan dari analisis data penelitian tersebut.
      4.1.1 Analisis Deskriptif
            Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum hasil penelitian. Gambaran umum data meliputi rata-rata, standar deviasi, varians, data maximum, data minimum, range. Deskripsi data dimaksudkan untuk dapat menafsirkan dan memberi makna tentang data tersebut seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1: Rangkuman hasil analisis data deskriptif perbandingan kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
Statistik Deskriptif
Variabel
N
Range
Min
Max
Sum
Mean
SD
Variance
Dalam Ruangan
5
5.70
10.60
16.30
68.80
13.7600
2.03789
4.153
Luar Ruangan
5
2.60
9.40
12.00
55.20
11.0400
1.01143
1.023
            Berdasarkan pada tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
1.      Kadar asam laktat variabel olahraga dalam ruangan (Indoor) diperoleh rata-rata  13.7600, Standar Deviasi 2.03789, data minimal 10.60, data maksimal 16.30, range 5.70 dan varians 4.153
2.      Kadar asam laktat pada variabel olahraga luar ruangan (Outdoor) diperoleh data rata-rata 11.0400, Standar Deviasi 1.01143, data minimal 9.40, data maksimal 12.00, range 5.70 dan varians 1.023.
      4.1.2 Uji Normalitas Data
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar statistik parametrik dapat digunakan adalah data mengikuti sebaran normal apabila pengujian ternyata data berdistribusi normal maka berarati analisis  statistik parametrik telah terpenuhi. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnof (K-SZ). Jika uji Kolmogorof-Smirnof (K-SZ) pada variabel olahraga dalam ruangan dan olahraga luar ruangan enunjukkan harga P > 0,05, berarti berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 : Rangkuman hasil uji normalitas pada olagraga dalam ruangan (Indoor) dan Olahraga luar ruangan (Outdoor)
Variabel
Absolut
Positif
Negatif
KS-Z
Asymp
Ket
Olahraga Dalam Ruangan
0.308
0.234
-0.308
0.688
0.731
Normal
Olahraga Luar Ruangan
0.245
0.171
-0.245
0.548
0.925
Normal
           
            Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat di gambarkan bahwa uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnof (K-SZ) menunjukkan hasil sebagai berikut :
1.      Data kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) diperoleh nilai Kormogorof-Smirnof Z (K-SZ) 0.688, Asymp 0.731 (P>0.05). Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa data variabel kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.
2.      Data kadar asam laktat pada olahraga luar ruangan (Outdoor) di peroleh nilai Kormogorof-Smirnof Z (K-SZ) 0.548, Asymp 0.925 (P>0.05). dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa data variabel kadar asam laktat luar ruangan mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.
      4.1.3 Uji Homogenitas Data
            Setelah data penelitian dinyatakan mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal, maka perlu di lakukan uji homogenitas untuk mengetahui bahwa data penelitian homogen. Hasil uji homogenitas pada variabel olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas data kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
Kadar Asam Laktat Olahraga Dalam dan Luar Ruangan
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.560
1
8
.476
            Tabel 4.3 menunjukkan data kadar asam laktat pada olahraga dalam dan luar ruangan memperoleh nilai signifikan yaitu 0.476 (P>0.05). maka dapat dikatakan bahwa data variabel olahraga dalam ruangan dan luar ruangan adalah homogen.
      4.1.4 Uji Hipotesis
            Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini perlu di uji dan di buktikan melalui data empiris yang di peroleh di lapangn melalui tes dan pengukuran terhadap variabel yang di teliti. Selanjutnya data tersebut akan diolah sacara statistik.pengujian hipotesis penelitian ini di gunakan adalah oneway anova dan uji-T (T-Tes). Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor). Hasil dari uji data dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4: hasil uji hipotesis perbandingan kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
Variabel
N
Mean
Sig/Anova
Kadar Asam Laktat pada Olahraga Dalam Ruangan
5
13.7600
0.000
Kadar Asam Laktat pada Olahraga Luar Ruangan
5
11.0400
            Berdasarkan tabel 4.4 diatas maka di jelaskan bahwa :
1.      Variabel olahraga dalam ruangan (Indoor) memiliki rata-rata kadar asam laktat 13.76 mmol/l dan memperoleh hasil 0.000 (α<0.005)
2.      Variabel olahraga luar ruangan (Outdoor) memiliki rata-rata kadar asam laktat 11.04 mmol/l dan memperoleh hasil 0.000 (α<0.005).
3.      Dari rata-rata kedua variabel yaitu 13.76 mmol/l untuk variabel olahraga dalam ruangan dan 11.04 mmol/l untuk olahraga luar ruangan memiliki perbedaan 13.76 – 11.04 = 2.72 mmol/l. Sehingga dapat di simpulkan bahwa hipotesis ada perbedaan kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan(Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor) di terima.
4.2 Pembahasan
            Hasil analisis data maupun pengujian hipotesis yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.Namun hasil ini masih perlu pembahasan lebih lanjut untuk memberikan interprestasi yang lebih mendalam tentang hasil penelitian yang diperoleh dikaitkan dengan teori-teori maupun kerangka berfikir yang telah dikemukakan sebelumnya.
            Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor). Dan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kedua variabel tersebut. Untuk olahraga dalam ruangan (Indoor) di peroleh rata-rata kadar asam laktat 13.7600 mMol/l dan untuk olahraga luar ruangan (Outdoor) di peroleh rata-rata kadar asam laktat 11.04 mMol/l. Dari hasil tersebut selisih kadar asam laktat antara keduanya adalah 2.72 nMol/l. Dari hasil tersebut perlu penjelasan yang lebih lanjut untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan antara olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor).
            Sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat berjalan secara aerobik (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua proses ini dapat berjalan secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga. Adenosine triphosphate (ATP) merupakan sumber energi yang terdapat di dalam sel-sel tubuh terutama sel otot yang siap dipergunakan untuk aktivitas otot. Terdapat 2 macam sistem pemakaian energi anaerobik yang dapat menghasilkan ATP selama latihan yaitu (1) sistem ATP-CP (2) sistem asam laktat.
            Asam laktat merupakan produk hasil metabolisme karbohidrat tanpa menggunakan oksigen (metabolisme anaerob). Asam laktat diproduksi di sel otot saat suplai oksigen tidak mencukupi untuk menunjang produksi energi. Penumpukan asam laktat terjadi setelah melakukan aktifitas fisik selama 1,5-2 menit seperti yang di jelaskan oleh Laurentia M (1994) bahwa “Setelah 1,5 – 2 menit melakukan olahraga, penumpukan laktat yang terjadi akan menghambat glikolisis, sehingga timbul kelelahan otot. Melalui sistem ini dari 1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil 3 molekul ATP”. Proses glikolisis anaerob menghasilkan produk akhir berupa asam laktat. Glukosa dari glikogen otot dipecah menjadi asam laktat. Tanpa produksi asam laktat, proses glikolisis ini tidak akan dapat berjalan.Sementara itu, penumpukan asam laktat akan menghambat glikolisis, sehingga timbul kelelahan otot. Melalui proses pembentukan asam laktat dari 1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil 3 molekul ATP. Kadar asam laktat yang lebih dari 6 mmol/L sudah cukup tinggi untuk berkontribusi terhadap terjadinya kelelahan (Toto dkk, 2012).
Usia juga merupakan faktor penting yang menunjukan tingkat kebugaran dan metabolisme tubuh seseorang. Semakin muda usia seseorang, maka tingkat kebugaran cenderung semakin baik, dan metabolisme tubuhnya pun makin baik, yang akan menguntungkan dalam proses produksi energi yang besar, termasuk proses asam laktat. Dalam penelitian ini rata-rata usia sampel berkisar pada usia 19-20 tahun dan intensitas yang deberikan yaitu submaksimal berdasar pada maximal heart rate atau 220-umur.
Berolahraga didalam ruangan dengan kadar oksigen (O2) yang cukup merangsang peningkatan metabolisme tubuh sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar asam laktat di otot maupun darah, selain itu meningkatkan temperatur tubuh. (Gunawan E, 2014). Kekurangan Oksigen (O2) akan mengakibatkan meningkatnya produksi asam laktat pada otot sehingga masyarakat atau atlet akan dengan cepat merasakan kelelahan sehingga berdampak pada menurunnya performa fisik. “Kadar asam laktat yang tinggi akan menyebabkan asidosis pada dan di sekitar sel-sel otot, menghambat koordinasi, meningkatkan resiko cedera, menghambat sistem energi dari kreatin fosfat, dan memperlambat oksidasi lemak”. Sebaliknya berolahraga di luar ruangan (Outdoor), sirkulasi oksigen (O2) lebih lancar dan teratur sehingga menghambat pembentukan asam laktat yang berlebihan, juga pembuangan cairan berkurang karena kadar suhu lebih statnan.
Olahraga yang dilakukan dengan intensitas submaksimal atau intensitas tinggi akan mengakibatkan penumpukan kadar asam laktat semakin besar dan akan mengalami kelelahan. Kadar asam laktat yang melebihi 6 mMol/L dapat mengganggu mekanisme kerja sel otot sampai pada tingkat koordinasi gerakan (Widiyanto,2008). Penelitian yang dilakukan kadar  asam laktat yang tertinggi pada olahraga  dalam ruangan (Indoor) sebesar 16.3 mMol/L dan asam laktat terendah sebesar 10.6 mMol/L. Sementara kadar asam laktat pada olahraga luar ruangan (Outdoor) sebesar 12.1 mMol/L dan yang terendah sebesar 9.4 mMol/L. Seperti yang digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 4.5: Data hasil penelitian kadar asam laktat pada olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor)
No
Nama
Umur
JK
Asam Laktat
Ket
1
Suryansa
19
L
14.0
DR
2
Saeful
20
L
13.8
DR
3
Andika
20
L
16.3
DR
4
Kayyum
19
L
14.1
DR
5
Kaharuddin
20
L
10.6
DR
6
Agung Wijaya Budiman
20
L
11.7
LR
7
Jusman
19
L
9.4
LR
8
Basuki
20
L
10.9
LR
9
Irfandi
20
L
11.2
LR
10
Fitrah
20
L
12.1  
LR
Adanya perbedaan yang  signifikan  antara olahraga dalam ruangan dan olahraga luar ruangan karena  sirkulasi  udara  yang  berbeda. Sirkulasi udara dalam ruangan cenderung statnan sehingga potensi kelelahan lebih besar dan olahraga luar ruangan relatif lebih lancar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa mahasiswa Ilmu Keolahragaan angkatan 2013 dapat di simpulkan bahwa kadar asam laktat olahraga dalam ruangan (Indoor) lebih tinggi dari pada olahraga luar ruangan (Outdoor) sekaligus menjawab hipotesis bahwa ada perbedaan antara olahraga dalam ruangan (Indoor) dan olahraga luar ruangan (Outdoor).

No comments:

Post a Comment