GOOGLE

Search results

Saturday, January 23, 2016

PROBLEM MASYARAKAT DAN TUGAS KAUM MUDA



PROBLEM MASYARAKAT DAN TUGAS KAUM MUDA
(APATIS=BUNUH DIRI)

            Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup bermsyarakat selama menjalani kehidupan ini sebab dari hidup bersama kita mampu menemukan jati diri kita sendiri. Dalam sistem bermasyarakat, kita akan sering menjumpai berbagai karakteristik masyarakat seperti mental,religius,ilmiah, kultur sosial baik yang khusus maupun yang umum. Karakteristrik-karakteristik tersebut akan mengkristalisasi menjadi pribadi-pribadi yang  akan menjelas-nyatakan diri seorang individu dan kelompok.
            Karakteristik masyarakat tersebut akan mengalami perubahan secara berlahan seiring dengan berubahnya peradaban dari zaman ke zaman selanjutnya. Perubahan tersebut dipenagaruhi oleh faktor lingkunagn sosial, ekonomi, dan politis. Sadar atau tak sadar, secara langsung atau tidak langsung pengaruh tersebut akan menciptakan konflik dalam masyarakat misalnya perbedaan kultur, agama dan kelas dalam konteks sosial, akan mempengaruhi pada perbedaan kebutuhan dalam konteks ekonomi  dan persaingan tahta dalam konteks politik.
            Di indonesia sendiri, masalah atau konflik masyrakat semakin sulit teratasi bak penyakit akut yang sampai sekrang belum kita temukan obatnya.
            Dalam perspektif sosial, perbedaan kultur budaya sangat mencolok mulai dari ujung barat hingga ujung timur indonesia. Bhihneka Tunggal Ika hanya simbol atau semboyang belaka karena masih seringnya kita jumpai konflik-konflik antar suku dan agama, seperti yang terjadi di Sumatera,Kalimantan,Sulawesi, Maluku dan Papua.


            Sementara dalam persfektif ekonomi, tingkat kebutuhan masyarakat semakin signifikan semakin meningkat sejalan dengan arus pasar global. Masyarakat Ekonomi Asean telah diterapkan oleh negara-negara Asia Tengara tak terkecuali Indonesia. Ini tentunya akan menjadi masalah bagi masyarakat jika persiapan untuk mengahdapi regulasi pasar bebas ini belum 100% siap. Sebab kita ketahui bersama bahwa angka masyarakat miskin masih tergolong tinggi. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan  bulan Maret 2015, jumlah masyarakat miskin mencapai angka 28,59 juta orang atau 11,22% di hitung dari masyarakat dengan pengeluaran /kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
            Terlepas dari data tersebut, masalah perbedaaan kelas mempengaruhi munculnya indikasi konflik baru dalam masyarakat seperti premanisme,kenakalan remaja dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukan  oleh Aristoteles kemiskinan adalah penyebab dominan kriminalitas di masyarakat. Ada banyak kasus kriminal yang di sebabkan oleh faktor ekonomi.
            Dalam sudu pandang politik, Indonesia mengalami perubahan yang cukup dinamis sehingga masyarakat memilih bersikap apatis dan enggan berkomentar dengan dinamika politik di Indonesia. Padahal kita tahu bersama bahwa Negara Indonesia menganut dan junjung tinggi nilai-nilai sistem demokrasi dengan prinsip Dari Rakyat,Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat. Semntara yang realitasnya mengubah prinsip tersebut menjadi Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Atas Nama Rakyat. Kondisi tersebut dapat kita lihat dari banyaknya maraknya wakil rakyat yang tersandung korupsi yang awalnya mengatasnamakan untuk rakyat. Sering juga kita jumpai pertikaian,perkelahian dan bahkan pembunuhan akibat dari perebutan kekuasaan para elit politik.
            Di bagian awal telah dijelaskan bahwa karakteristik masyarakat akan berubah seiring dengan berubahnya kondisi zaman dan akan berdampak besar pada perubagan kondisi masyarakat. Masalah sosial,ekonomi dan politik saling berkesinambungan atau berkorelasi sehingga sulit menciptakan tatanan masyarakat madani. Kondisi sosial yang timpang sering di manfaatkan oleh para elit untuk mencapai hasrat kekuasaannya dengan iming-iming kesejahteraan ekonomi sehingga masyarakat yang tergolong di bawah garis kemiskinan yang awam akan pengetahuan politik menjadi prakmatis tanpa harus berpikir bagaimana idealnya seorang pemimpin atau wakil rakyat.
            Belum lagi persaingan politik yang mengatas namakan agama, sungguh miris kiranya ketika agama yang beresensi kedamaian,keselamatan,kebahagiaan di jadikan sebagai alat untuk saling sikut menyikut berebut tampuk kekuasaan. Yang lebih miris lagi ketika pedoman manusia dan rukun agamapun dijadikan sebagai lahan untuk meraup keuntungan alias korupsi.
            Jika kita kembalikan kedalam diri kita, siapakah yang mesti kita salahkan?. Tentunya kita tidak akan mengkambinghitamkan dan menyalahkan siapapun, karena kita ingin mencari jalan untk bisa lepas dari masalah-masalah tersebut.
Menanti Gerak Kaum Muda
            Secara garis besar konflik-konflik yang terjadi di masyarakat karena adanya beberapa faktor yang mendasari seperti faktor ekonomi,sosial dan juga politik. Tentu kita tidak ingin larut dalam keraguan dan kekhwatiran dengan segala kemungkina yang akan terjadi. Namun sudah menjadi tugas kaum muda untuk bergerak meretas konflik-konflik yang ada.
            Harapan bangsa ini ada pada generasi pelanjut, kaum muda berintelektual,terpelajar yang mampu menyelesaikan konflik-konflik di dalam lingkungan masyarakat karena jika kaum muda tidak memahami,menganalisa dan mengevaluasi masalah-masalah yang ada secara berani, tegas dan tersistematis, maka kita akan menjadi mainan keadaan,boneka sejarah dan tergilas oleh zaman.
            Kaum muda harus mengerti eksistensinya di kalangan masyarakat dan tidak lagi berharap banyak pada generasi tua yang telah menorehkan tinta sejarahnya. Bukan berarti kita harus melupakan para pendahulu, tapi kita harus mampu bergerak mengikuti pergerakan dinamis kehidupan. Kitakaum muda harus membuka mata bahwa saat ini kita berada pada fase zaman Neoliberalism. Persaingan terbuka pada seluruh aspek kehidupan. Kaum muda harus berani melakukan satu langkah taktis untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
            Sudah cukup kita terdiam, sudah cukup kita berksikap apatis menyaksikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Teringat pesan dan sindiran halus  Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan ”Menyedihkan sekiranya di antara para siswasebagai puncak pribumi, merasa tak ada sesuatu yang patut dibela pada bangsda sendiri”. Pesan dan sindiran moral bagi kita kaum muda, generasi penerus tongkat estafet bangsa untk terus bergerak meretas konflik-konflik di dalam masyarakat.
            Sudah saatnya kita menyadari,menganalisa dan mengevaluasi dengan cermat hakikat dari masalah/konflik masyarakat untuk membuktikan eksistensi kaum muda Indonesia. Satu prinsip yang harus kita pegang dan tanamkan dalam jiwa kita sebagai generasi muda “INI ZAMAN KITA, INI MASA KITA, APATIS = BUNUH DIRI, ”

No comments:

Post a Comment