PROBLEM
MASYARAKAT DAN TUGAS KAUM MUDA
(APATIS=BUNUH
DIRI)
Sudah
menjadi kodrat manusia untuk hidup bermsyarakat selama menjalani kehidupan ini
sebab dari hidup bersama kita mampu menemukan jati diri kita sendiri. Dalam
sistem bermasyarakat, kita akan sering menjumpai berbagai karakteristik
masyarakat seperti mental,religius,ilmiah, kultur sosial baik yang khusus
maupun yang umum. Karakteristrik-karakteristik tersebut akan mengkristalisasi
menjadi pribadi-pribadi yang akan
menjelas-nyatakan diri seorang individu dan kelompok.
Karakteristik
masyarakat tersebut akan mengalami perubahan secara berlahan seiring dengan
berubahnya peradaban dari zaman ke zaman selanjutnya. Perubahan tersebut
dipenagaruhi oleh faktor lingkunagn sosial, ekonomi, dan politis. Sadar atau
tak sadar, secara langsung atau tidak langsung pengaruh tersebut akan
menciptakan konflik dalam masyarakat misalnya perbedaan kultur, agama dan kelas
dalam konteks sosial, akan mempengaruhi pada perbedaan kebutuhan dalam konteks
ekonomi dan persaingan tahta dalam
konteks politik.
Di
indonesia sendiri, masalah atau konflik masyrakat semakin sulit teratasi bak
penyakit akut yang sampai sekrang belum kita temukan obatnya.
Dalam
perspektif sosial, perbedaan kultur budaya sangat mencolok mulai dari ujung
barat hingga ujung timur indonesia. Bhihneka
Tunggal Ika hanya simbol atau semboyang belaka karena masih seringnya kita
jumpai konflik-konflik antar suku dan agama, seperti yang terjadi di
Sumatera,Kalimantan,Sulawesi, Maluku dan Papua.
Sementara
dalam persfektif ekonomi, tingkat kebutuhan masyarakat semakin signifikan
semakin meningkat sejalan dengan arus pasar global. Masyarakat Ekonomi Asean telah
diterapkan oleh negara-negara Asia Tengara tak terkecuali Indonesia. Ini
tentunya akan menjadi masalah bagi masyarakat jika persiapan untuk mengahdapi
regulasi pasar bebas ini belum 100% siap. Sebab kita ketahui bersama bahwa
angka masyarakat miskin masih tergolong tinggi. Data terakhir Badan Pusat
Statistik (BPS) menjelaskan bulan Maret
2015, jumlah masyarakat miskin mencapai angka 28,59 juta orang atau 11,22% di
hitung dari masyarakat dengan pengeluaran /kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan.
Terlepas
dari data tersebut, masalah perbedaaan kelas mempengaruhi munculnya indikasi
konflik baru dalam masyarakat seperti premanisme,kenakalan remaja dan
sebagainya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Aristoteles
kemiskinan adalah penyebab dominan kriminalitas di masyarakat. Ada banyak kasus
kriminal yang di sebabkan oleh faktor ekonomi.
Dalam
sudu pandang politik, Indonesia mengalami perubahan yang cukup dinamis sehingga
masyarakat memilih bersikap apatis dan enggan berkomentar dengan dinamika
politik di Indonesia. Padahal kita tahu bersama bahwa Negara Indonesia menganut
dan junjung tinggi nilai-nilai sistem demokrasi dengan prinsip Dari Rakyat,Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat.
Semntara yang realitasnya mengubah prinsip tersebut menjadi Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Atas Nama
Rakyat. Kondisi tersebut dapat kita lihat dari banyaknya maraknya wakil
rakyat yang tersandung korupsi yang awalnya mengatasnamakan untuk rakyat.
Sering juga kita jumpai pertikaian,perkelahian dan bahkan pembunuhan akibat
dari perebutan kekuasaan para elit politik.
Di
bagian awal telah dijelaskan bahwa karakteristik masyarakat akan berubah
seiring dengan berubahnya kondisi zaman dan akan berdampak besar pada perubagan
kondisi masyarakat. Masalah sosial,ekonomi dan politik saling berkesinambungan
atau berkorelasi sehingga sulit menciptakan tatanan masyarakat madani. Kondisi
sosial yang timpang sering di manfaatkan oleh para elit untuk mencapai hasrat
kekuasaannya dengan iming-iming kesejahteraan ekonomi sehingga masyarakat yang
tergolong di bawah garis kemiskinan yang awam akan pengetahuan politik menjadi
prakmatis tanpa harus berpikir bagaimana idealnya seorang pemimpin atau wakil
rakyat.
Belum
lagi persaingan politik yang mengatas namakan agama, sungguh miris kiranya
ketika agama yang beresensi kedamaian,keselamatan,kebahagiaan di jadikan
sebagai alat untuk saling sikut menyikut berebut tampuk kekuasaan. Yang lebih
miris lagi ketika pedoman manusia dan rukun agamapun dijadikan sebagai lahan
untuk meraup keuntungan alias korupsi.
Jika
kita kembalikan kedalam diri kita, siapakah yang mesti kita salahkan?. Tentunya
kita tidak akan mengkambinghitamkan dan menyalahkan siapapun, karena kita ingin
mencari jalan untk bisa lepas dari masalah-masalah tersebut.
Menanti
Gerak Kaum Muda
Secara garis besar konflik-konflik yang terjadi di
masyarakat karena adanya beberapa faktor yang mendasari seperti faktor
ekonomi,sosial dan juga politik. Tentu kita tidak ingin larut dalam keraguan
dan kekhwatiran dengan segala kemungkina yang akan terjadi. Namun sudah menjadi
tugas kaum muda untuk bergerak meretas konflik-konflik yang ada.
Harapan
bangsa ini ada pada generasi pelanjut, kaum muda berintelektual,terpelajar yang
mampu menyelesaikan konflik-konflik di dalam lingkungan masyarakat karena jika
kaum muda tidak memahami,menganalisa dan mengevaluasi masalah-masalah yang ada
secara berani, tegas dan tersistematis, maka kita akan menjadi mainan
keadaan,boneka sejarah dan tergilas oleh zaman.
Kaum
muda harus mengerti eksistensinya di kalangan masyarakat dan tidak lagi
berharap banyak pada generasi tua yang telah menorehkan tinta sejarahnya. Bukan
berarti kita harus melupakan para pendahulu, tapi kita harus mampu bergerak
mengikuti pergerakan dinamis kehidupan. Kitakaum muda harus membuka mata bahwa
saat ini kita berada pada fase zaman Neoliberalism.
Persaingan terbuka pada seluruh aspek kehidupan. Kaum muda harus berani
melakukan satu langkah taktis untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Sudah
cukup kita terdiam, sudah cukup kita berksikap apatis menyaksikan
masalah-masalah yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Teringat pesan dan sindiran
halus Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan ”Menyedihkan sekiranya di
antara para siswasebagai puncak pribumi, merasa tak ada sesuatu yang patut
dibela pada bangsda sendiri”. Pesan dan sindiran moral bagi kita kaum muda,
generasi penerus tongkat estafet bangsa untk terus bergerak meretas
konflik-konflik di dalam masyarakat.
Sudah
saatnya kita menyadari,menganalisa dan mengevaluasi dengan cermat hakikat dari
masalah/konflik masyarakat untuk membuktikan eksistensi kaum muda Indonesia. Satu
prinsip yang harus kita pegang dan tanamkan dalam jiwa kita sebagai generasi
muda “INI ZAMAN KITA, INI MASA KITA, APATIS = BUNUH DIRI, ”
No comments:
Post a Comment